Thursday, May 18, 2017

Komunikasi






Lakukan komunikasi daripada mengurung diri dibalik dinding. Dengan adanya komunikasi yang baik kita dapat membangun komunitas yang bersatu, kokoh dan maju, seperti dalam berbangsa dan berantar bangsa.  Communication - Build Bridges, Not Walls.



PENGERTIAN KOMUNIKASI

K
ata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

   Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another.

(Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain).

   Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says; What In; Which Channel; To Whom With; What Effect?

   Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu: Komunikator (siapa yang mengatakan?); Pesan (mengatakan apa?); Media (melalui saluranapa? - Tatap Muka, Rapat, Radio, TV, Komputer, Gadget); Komunikan (kepada siapa?); Efek (dengan dampak atau hasilnya apa?).

   Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.


PROSES KOMUNIKASI

Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer

   Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

   Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).

   Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja (1994:33), yakni: Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.

   Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder

   Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

   Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasi, karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).


KONSEPTUAL KOMUNIKASI

   Deddy Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.

   Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:



● Everet M. Rogers: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.

● Gerald R. Miller: Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

● Carld R. Miller: Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunkate).

● Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.


2. Komunikasi sebagai interaksi.

   Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

   Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan teknologi.

3. Komunikasi sebagai transaksi.

   Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.

Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:



● Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.

● Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi makna.

● William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.

● Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.


FUNGSI KOMUNIKASI

   William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:

1. Sebagai komunikasi sosial

   Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

2. Pembentukan konsep diri.

   Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.

3.  Pernyataan eksistensi diri.

   Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.

4.  Untuk kelangsungan hidup.

   Memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.

5. Sebagai komunikasi ekspresif

   Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.

6. Sebagai komunikasi ritual

   Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.

7. Sebagai komunikasi instrumental

   Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.

   Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.

   Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.

 8. Fungsi Komunikasi.

   Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.

   Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

   Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:

1.       Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.

2.      Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .

3.      Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.


RAGAM TINGKATAN KOMUNIKASI
ATAU KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI

   Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:

1.  Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.

2.  Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.

3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).

5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.


KEGUNAAN BELAJAR ILMU KOMUNIKASI

Mengapa kita mempelajari ilmu komunikasi ?Ruben&Steward, (2005:1-8) menyatakan bahwa:

a. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.

   Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.

b. Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas komplek.

   Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam Ruben&Stewat (2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu persepektif di kehidupan manusia.

c. Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan atau posisi yang efektif.

   Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai kompetensi komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain sebagainya.

d. Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik.

   Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat common sense dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal, ada ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.

e. Komunikasi adalah populer

   Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai popular. Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain. Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni yang diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya.


DASAR MORAL KOMUNIKASI

   Komunikasi dalam suatu masyarakat moderen, demokratis, dan majemuk, menjadi titik sentral yang penting untuk mewujudkan kehendak dan cita-cita bersama. Yaitu, Kehidupan masyarakat yang aman, adil, damai dan sejahtera dalam bernegara dan antar negara.

   Kenyataan sejarah menunjukkan dalam membangun peradaban diperlukan komunikasi timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin diperlukan komunikasi yang terbuka.  Untuk itu komunikasinya mensyarakatkan adanya  kejujuran, keadilan, kesatriaan yang bertanggung jawab (moral integritas) dan dasar keterbukaan dalam akhlakiyah (budi pekerti) 3T1I. Yaitu: Ta’aruf - saling kenal baik kekurangannya maupun kelebihannya dengan toleran; Tafahum - dari saling kenal ini saling memahami satu sama lain; Ta’awun - mengadakan kerjasama bisa dalam suasana persamaan dan perbedaan; dan Itsar - saling memaklumi jika ada perbedaan dan tidak saling bertengkar atau bertindak pisik seperti teror baik pisik maupun mental, maupun perang bersenjata. Dengan landasan keempat komponen akhlakiyah tersebut, maka tujuan membangun peradaban masyarakat dunia yang aman, adil, damai, dan sejahtera dengan signifikan dapat dicapai.

   Wallahu ‘Alam Bish-Shawab, Billahit Taufiq Wal Hidayah. AFM



Bahan Kepustakaan:



1.Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
2.Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
3.Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.
4.Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
5.Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour, USA:Alyn and Bacon
6.Sendjaja, Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka. Wiryanto, 2005.
7.https://kuncikeyakinan-faisal.blogspot.com

Diakses dari http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html
https://kuncikeyakinan-faisal.blogspot.com/2017/04/shalat-membangun-peradaban-dunia-ii.html□□□

Wednesday, May 3, 2017

Kecermelangan Syeikh Ahmad Khatib AlMinangkabawi




KECEMERLANGAN
SYEIKH AHMAD KHATIB AL-MINANGKABAUI


KATA PENGANTAR

A
yah Ahmad adalah Abdul Lathif, anak adik Tuanku Laras di Kota Gadang, di akhir abad ke-19. Ibunya Limbak Urai binti Tuanku Nan Rancak, berasal dari Empat Angkat, pusat kaum Paderi 50 tahun sebelum itu. Ahmad masuk ke Sekolah Umum (Kweek School) disebut juga Sekolah Raja yang baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebelumnya belajar agama Islam dan membaca Al-Qur’an dari Ayahnya. Setamat dari sekolah umum Ahmad melanjutkan pelajarannya ke negeri Makkah. Ahmad, kemudian dikenal dengan nama Ahmad Khatib.

Sesampai di Makkah berkat kesungguhan hatinya mempelajari agama, apalagi dasar-dasar ilmu umum telah ada pula karena bersekolah di Sekolah Umum, dia telah menjadi salah seorang Ulama yang mempunyai riwayat dan cita-cita luar biasa. Ilmunya mendapat penghargaan tinggi, sampai dia mendapat jabatan imam dan khatib mazhab Syafi'i di dalam Masjidil Haram, termasuk orang-orang yang sangat terkemuka di negeri Makkah, turut duduk di dalam majelis Syarif-syarif. Murid-murid pun datanglah berduyun-duyun dari penjuru Nusantara dan Malaka


Murid-Murid Syekh  Ahmad Khatib

Di antara murid-murid Syekh Ahmad Khatib dari Sumatera Barat ialah Syekh Muhammad Jamil Jambek, Almarhum Dr. Abdul Karim Amrullah, Almarhum Dr. Abdullah Ahmad. Almarhum Syekh Jamil Jaho, Almarhum Syekh Muhammad Zein Simabur, Almarhum Syekh Muhammad Zein Lantai Batu, Almarhum Syekh Thaib Sungayang.

Murid-murid Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabaui dari Nusantara dan diluar Nusantara ialah Almarhum Syekh Abbas Padang Jepang, Almarhum Syekh Abdul Lathif Panambatan, Almarhum Syekh Hasan Ma'sum Mufti Kerajaan Deli. Almarhum Syekh Muhammad Nur Mufti Kerajaan Langkat. Di Mandahiling Syekh Abdul Qadir Al Mandili. Di Malaya Almarhum Syekh Thahir Jalaluddin dan Almarhum Syekh Abdullah Shalih bekas Mufti kerajaan Johor. Di Jawa: Kiyai H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah di Yogyakarta dan Kiyahi H. Adnan di Solo.


PENDAHULUAN


P
ada masa pra kemerdekaan banyak ulama besar Indonesia sebelumnya menuntut ilmu di Makkah selepas menunaikan ibadah haji. Proses pelaksanaannya bukan dalam bentuk kuliah formal, namun belajar bersama para guru besar imam Masjidil Haram seperti layaknya mengaji.

Dalam perkembangan menuntut ilmu di Makkah, kecerdasan calon ulama Nusantara diakui oleh ulama Makkah bahkan ada beberapa yang dinobatkan sebagai imam Masjid Al-Haram, demikian pula halnya yang dialami langsung oleh Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Nama asli putra Minang yang pernah menjadi imam Masjid Al-Haram ini adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif Al-Minangkabawi, ia merupakan tokoh kelahiran Koto Tuo, Balai Gurah, Ampek Angkek Candung, Agam, Sumatera Barat.


Nasab

Beliau bernama lengkap Al-‘Allamah Asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin ‘Abdul Lathif bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Khathib Al Minangkabawi Al Jawi Al Makkiy Asy Syafi’i Al Atsari rahimahullah.

Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Al Khatib berasal dari Koto Tuo, Kenagarian Balai Gurah, Kecamatan Ampek Angkek Candung, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Ahmad Khatib lahir pada hari Senin 6 Dzul Hijjah 1276 H (26 Mei 1860 M). Ibunya bernama Limbak Urai binti Tuanku Nan Rancak. Ayahnya bernama 'Abdul Lathif yang berasal dari Koto Gadang. ‘Abdullah, kakek Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah atau buyut menurut riwayat lain, adalah seorang ulama kenamaan. Oleh masyarakat Koto Gadang, ‘Abdullah ditunjuk sebagai imam dan khathib. Sejak itulah gelar Khatib Nagari melekat dibelakang namanya dan berlanjut ke keturunannya di kemudian hari.


Awal Perjalanan Pendidilannya Ke Makkah

Ketika masih di kampung Ahmad Khatib kecil sempat mengenyam pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar dan berlanjut ke Sekolah Raja atau Kweek School dan tamat tahun 1871. Selain belajar pada lembaga pendidikan formal yang dikelola Belanda, Ahmad kecil juga mempelajari mabadi’ (dasar-dasar) ilmu agama dari Syaikh ‘Abdul Lathif yang merupakan ayah kandungnya sendiri. Dari sang ayah pula, Ahmad kecil menghafal Al-Qur’an dan berhasil menghafalkan beberapa juz.

Pada tahun 1287 H, Ahmad kecil, umur 10, diajak oleh sang ayah, ‘Abdul Lathif, ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah rangkaian ibadah haji selesai ditunaikan, ‘Abdullah kembali ke Sumatera Barat sementara Ahmad tetap tinggal di Makkah untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya. Ia menuntut pula ilmu dari para ulama-ulama Makkah terutama yang mengajar di Masjid Al-Haram.

Di antara guru-guru Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah di Makkah adalah Sayyid ‘Umar bin Muhammad bin Mahmud Syatha Al Makki Asy Syafi’i (1259-1330 H), Sayyid ‘Utsman bin Muhammad Syatha Al Makki Asy Syafi’i (1263-1295 H), Sayyid Bakri bin Muhammad Zainul ‘Abidin Syatha Ad Dimyathi Al Makki Asy Syafi’i (1266-1310 H) - penulis I’anatuth Thalibin.

Dalam Ensiklopedi Ulama Nusantara dan Cahaya dan Perajut Persatuan mencatat beberapa ulama lain sebagai guru Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah yaitu, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (wafat 1304 H) –mufti Madzhab Syafi’i di Makkah, Yahya Al Qalyubi Muhammad Shalih Al Kurdi.


Ketekunan Belajar dan Kecermelangannya

Mengenai bagaimana semangat Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dalam thalabul ‘ilmi, mari dengarkan penuturan seorang ulama yang sezaman dengannya, yaitu Syaikh ‘Umar ‘Abdul Jabbar Rahimahullah dalam Siyar wa Tarajim halaman 38-39, “…Ia adalah santri teladan dalam semangat, kesungguhan, dan ketekunan dalam menuntut ilmu serta bermudzakarah malam dan siang dalam pelbagai disiplin ilmu. Karena semangat dan ketekunannya dalam muthala’ah dalam ilmu pasti seperti matematika (ilmu hitung), aljabar, perbandingan, tehnik (handasah), haiyat, pembagian waris, ilmu miqat, dan zij, ia dapat menulis buku dalam disiplin ilmu-ilmu itu tanpa mempelajarinya dari guru (baca: otodidak – belajar sendiri).”

Selain mempelajari ilmu Islam, Ahmad juga gemar mempelajari ilmu-ilmu keduniaan (ilmu kauniyyah) yang mendudkung ilmu dīnnya seperti ilmu pasti untuk membantu menghitung waris dan juga bahasa Inggris sampai betul-betul kokoh.


Minat dan Ilmu-Ilmu Yang Di Pelajarinya

Ahmad Khatib mendalam ilmu umumnya, selain dikenal cerdas dalam memahami ilmu agama. Ahmad juga dikenal sebagai ulama yang menguasai, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri). Dalam ilmu fikih, ia mendalami fikih mazhab Syafi’i, bahkan beliau dijuluki sebagai tiang tengah dari mazhab Syafi’i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke-20.

Perhatiannya terhadap hukum waris juga sangat tinggi, kepakarannya dalam mawarits (hukum waris) telah membawa pembaharuan adat Minang dalam hukum waris adat yang bertentangan dengan Islam.  Martin van Bruinessen mengatakan, karena sikap reformis inilah akhirnya al-Minangkabawi semakin terkenal.  Salah satu kritik Syeikh Ahmad Khatib yang cukup keras termaktub di dalam kitabnya Irsyadul Hajara fi Raddhi ‘alan Nashara.  Pada kitab ini, ia menolak doktrin trinitas Kristen yang dipandangnya sebagai konsep Tuhan yang ambigu.

Ahmad Khatib pun dikenal sebagai ulama yang rasional, namun menurutnya Islam itu tidak mungkin memusuhi kebudayaan.  Menurutnya dalam Islam menjunjung nilai persamaan, kebangsaan, hasrat untuk maju dan rasionalisme. Pendapatnya ini menjadi keunggulan tersendiri dari Syekh Ahmad Khatib dalam memberikan pelajaran kepada muridnya. Ia juga merupakan ulama yang menolak sikap sikap fanatik buta (taqlid).

Pemahaman dan pendalaman dari Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi ini, kemudian dilanjutkan oleh gerakan pembaruan di Minangkabau, melalui tabligh, diskusi, dan muzakarah ulama dan zu’ama (para pemimpin), penerbitan brosur dan surat-kabar pergerakan, pendirian sekolah-sekolah seperti madrasah-madrasah Sumatera Thawalib.


Pengangkatan Ahmad Khatib Menjadi Imam Masjid Al-Haram

Semasa lajang, Ahmad Khatib merupakan sosok yang rajin belajar dan suka membaca, ia kerap mengunjungi toko buku milik Muhammad Shalih Al-Kurdi yang terletak di dekat Masjid Al-Haram. Kala itu Ahmad Khatib sering membeli kitab di toko buku ini, namun manakala ia tidak memiliki uang, ia tetap berkunjung saja dan membaca buku hingga selesai. Kebiasaannya seperti ini dipandang oleh Al-Kurdi sebagai bentuk kecintaan terhadap ilmu, sehingga hal tersebut menarik perhatian khusus Al-Kurdi terhadap Ahmad Khatib.

Karena Al-Kurdi tertarik atas perangai serta keuletan Ahmad Khatib dalam menuntut ilmu, maka muncullah keinginan Al-Kurdi untuk mengangkat Ahmad Khatib menjadi menantunya. Al-Kurdi hendak menjodohkan Ahmad Khatib dengan putrinya yang bernama Khadijah. Awalnya penawaran Al-Kurdi sempat ditolak oleh Ahmad Khatib karena ia merasa belum siap untuk menikah, sebab saat itu Ahmad belum memiliki penghasilan tetap sementara ia masih dalam tahap menuntut ilmu.

Namun setelah Al-Kurdi menyatakan akan menanggung semua biaya pernikahan hingga biaya hidup setelah menikah, lantas Ahmad pun memunuhi permintaan Al-Kurdi untuk menikah dengan putrinya. Dari pernikahan tersebut Ahmad Khatib dan Khadijah dikaruniai seorang putra yang diberi nama Abdul Karim. Namun pernikahan dengan Khadijah tidak berlangsung lama, karena istrinya meninggal dunia.

Pada akhirnya Al-Kurdi pun menjodohkan Ahmad untuk kedua kalinya dengan adik Khadijah yang bernama Fatimah, dari pernikahan tersebut lahirlah dua orang putra yakni, Abdul Malik dan Abdul Hamid Al-Khatib.

Setelah menikah Ahmad Khatib diangkat menjadi imam di Masjid Al-Haram, terdapat dua versi mengenai kronologi pengangkatan Ahmad menjadi imam di Masjid Al-Haram. Menurut Umar Abdul Jabbar dalam Siyar wa Tarajim disebutkan bahwa pengangkatan Ahmad menjadi imam sekaligus khatib di Masjid Al-Haram merupakan permintaan Shalih Al-Kurdi kepada salah seorang imam Masjid Al-Haram bernama Syarif ‘Aunur Rafiq. Sedangkan menurut Buya Hamka dalam tulisannya yang berjudul Ayahku, beliau mengungkapkan bahwa dalam suatu shalat berjama’ah yang diimami langsung Syarif ‘Aunur Rafiq terdapat kesalahan dalam bacaan ayat Al-Qur’an. Lantas seketika itu pula Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah pun membetulkan bacaan sang imam. Usai shalat, Syarif bertanya pada jemaah mengenai sosok yang membenarkan bacaannya, saat itu diketahuilah bahwa yang melakukan hal tersebut adalah Ahmad Khatib maka diangkatklah Ahmad menjadi imam di Masjid Al-Haram untuk mazhab Syafi’i.

Meski terjadi perbedaan pendapat mengenai pengangkatan Ahmad Khatib menjadi imam di Masjid Al-Haram, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kapasitas keilmuan beliau dapat dikatakan mumpuni untuk menjadi seorang imam. Hal ini terlihat bahwa selain mengimami shalat di Masjid Al-Haram, beliau juga mengajar fikih, ilmu hisab (berhitung), ilmu falak (astronomi), faraidh (ilmu waris) dan lainnya. Bahkan keilmuan beliau tidak dapat diragukan lagi, sehingga banyak ulama besar Nusantara yang belajar padanya seperti  KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari, Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli, Syaikh Jamil Jaho, Syaikh ‘Abbas Qadhli, Syaikh Musthafa Purba Baru, Syaikh Hasan Ma’shum Medan Deli dan banyak lagi ulama Nusantara lainnya.

Ahmad Khatib ketika itu sebagai ulama non Arab yang bermukim di Mekkah mendapat perhatian tersendiri dari Muhammad Sa’id Babsil seorang ulama Arab dan Mufti Mazhab Syafi’i yang juga guru di Masjid Al-Haram. Ia merasa tidak suka dengan pencapaian Ahmad Khatib di negeri Arab. Pasalnya, Ahmad merupakan pria non-Arab yang memperoleh tempat mengajar di pusat pengajaran kota Makkah. Namun karena Ahmad Khatib telah mendapat izin langsung dari Imam Besar Masjid Al-Haram Syarif ‘Aunur Rafiq, maka Babsil pun segan padanya.

Sejatinya Islam pertama kali tidak turun di Nusantara, namun hal yang tak dapat dilupakan bahwa, banyak ulama terkenal dari berbagai disiplin ilmu khususnya tentang keislaman, justru didominasi oleh bangsa non-Arab (a’jam). Seperti yang banyak diketahui, Imam AlBukhari yang merupakan periwayat hadits yang kredibilitasnya dan kualitasnya tidak diragukan lagi, namun ternyata ia bukanlah ulama yang berasal dari bangsa Arab.

Sama halnya dengan Sibawaih yang merupakan pakar ilmu nahwu (kaidah bahasa Arab). Sejatinya ia merupakan pria kelahiran Persia yang merupakan bangsa non-Arab, namun ia adalah seorang ahli yang diakui dalam bidang kaidah bahasa Arab. Hal ini tidak terlepas dari minat bangsa a’jam (non Arab) terhadap ilmu pengetahuan jauh lebih besar pada masa perkembangan peradaban Islam di abad pertengahan. Sementara bangsa Arab disibukkan dengan politik pemerintahan, itulah sebabnya beberapa ulama a’jam lebih menguasai ilmu pengetahuan umum termasuk ilmu keislaman dibanding dengan bangsa Arab.

Kondisi seperti ini, juga membuka ruang bagi putra terbaik bangsa yang pernah mengharumkan Tanah Air. Tidak hanya Ahmad Khatib yang merupakan Putra Minang, Syeikh Al-Bantani yang merupakan putra Banten juga pernah menjadi guru besar di Tanah Suci, bahkan beliau dinobatkan sebagai bapak kitab kuning disebabkan banyaknya kitab yang ditulisnya menjadi referensi dan dipelajari baik di pesantren tanah air maupun di Makkah.


KEPAKARAN ILMU AHMAD KHATIB

P
erhatiannya terhadap hukum waris juga sangat tinggi, kepakarannya dalam mawarits (hukum waris) telah membawa pembaharuan adat Minang yang bertentangan dengan Islam. Martin van Bruinessen mengatakan, karena sikap reformis inilah akhirnya al-Minangkabawi semakin terkenal. Salah satu kritik Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah yang cukup keras termaktub di dalam kitabnya Irsyadul Hajara fi Raddhi 'alan Nashara. Di dalam kitab ini, ia menolak doktrin trinitas Kristen yang dipandangnya sebagai konsep Tuhan yang ambigu.

Selain masalah teologi, dia juga pakar dalam ilmu falak. Hingga saat ini, ilmu falak digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal, perjalanan matahari termasuk perkiraan waktu shalat, gerhana bulan dan matahari, serta kedudukan bintang-bintang tsabitah dan sayyarah, galaksi dan lainnya.

Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah juga pakar dalam geometri dan trigonometri yang berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yang berguna saat berlayar. Kajian dalam bidang geometri ini tertuang dalam karyanya yang bertajuk Raudat al-Hussab dan Alam al-Hussa.


BUKU-BUKU KARYA TULIS AHMAD KHATIB

K
arya-karya tulis Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu karya-karya yang berbahasa Arab dan karya-karya yang berbahasa Melayu dengan tulisan Arab. Kebanyakan karya-karya itu mengangkat tema-tema kekinian terutama menjelaskan kemurnian Islam dan merobohkan kekeliruan tarekat, bid’ah, takhayul, khurafat, dan adat-adat yang bersebrangan dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah (baca as-sunnah).


Karya Tulis Bahasa Arab

Karya-karya Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Al-Minangkabawi dalam bahasa  ’Arab:

 1. Hasyiyah An Nafahat ‘ala Syarhil Waraqat lil Mahalli
 2. Al-Jawahirun Naqiyyah fil A’malil Jaibiyyah
 3. Ad-Da’il Masmu’ ‘ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Ma’a Wujudil  Ushul wal Furu’
 4. Raudhatul Hussab
 5. Mu’inul Jaiz fi Tahqiq Ma’nal Jaiz
 6. As-Suyuf wal Khanajir ‘ala Riqab Man Yad’u lil Kafir
 7. Al-Qaulul Mufid ‘ala Mathla’is Sa’id
 8. An-Natijah Al-Mardhiyyah fi Tahqiqis Sanah Asy-Syamsiyyah wal Qamariyyah
 9. Ad-Durratul Bahiyyah fi Kaifiyah Zakati Adz-Dzurratil Habasyiyyah
10. Fathul Khabir fi Basmalatit Tafsir
11. Al-‘Umad fi Man’il Qashr fi Masafah Jiddah
12. Kasyfur Ran fi Hukmi Wadh’il Yad Ma’a Tathawuliz Zaman
13. Hallul ‘Uqdah fi Tashhihil ‘Umdah
14. Izhhar Zaghalil Kadzibin fi Tasyabbuhihim bish-Shadiqin
15. Kasyful ‘Ain fi Istiqlal Kulli Man Qawal Jabhah wal ‘Ain
16. As-Saifu Al Battar fi Mahq Kalimati Ba’dhil Aghrar
17. Al-Mawa’izh Al-Hasanah Liman Yarghab minal ‘Amal Ahsanah
18. Raf’ul Ilbas ‘an Hukmil Anwat Al Muta’amil Biha Bainan Nas
19. Iqna’un Nufus bi Ilhaqil Anwat bi ‘Amalatil Fulus
20.Tanbihul Ghafil bi Suluk Thariqatil Awail fima Yata’allaq bi Thariqah An-Naqsyabandiyyah
21. Al-Qaulul Mushaddaq bi Ilhaqil Walad bil-Muthlaq
22. Tanbihul Anam fir Radd ‘ala Risalah Kaffil ‘Awwam, sebuah kitab bantahan untuk risalah Kafful ‘Awwam fi Khaudh fi Syirkatil Islam karya Ustadz Muhammad Hasyim bin Asy’ari yang melarang kaum muslimin untuk nimbrung di Sarekat Islam (SI)
23. Hasyiyah Fathul Jawwad dalam 5 jilid
24. Fatawa Al-Khathib ‘ala Ma Warada ‘Alaih minal Asilah
25. Al-Qaulul Hashif fi Tarjamah Ahmad Khathib bin ‘Abdil Lathif


Karya-karya Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Al-Minangkabawi dalam dalam bahasa  Melayu dengan tulisan Arab adalah:

 1. Mu’allimul Hussab fi ‘Ilmil Hisab
 2. Ar-Riyadh Al-Wardiyyah fi Ushulit Tauhid wa Al-Fiqh Asy-Syafi’i
 3. Al-Manhajul Masyru’ fil Mawarits
 4. Dhaus Siraj Pada Menyatakan Cerita Isra’ dan Mi’raj
 5. Shulhul Jama’atain fi Jawaz Ta’addudil Jumu’atain
 6. Al-Jawahir Al Faridah fil Ajwibah Al Mufidah
 7. Fathul Mubin Liman Salaka Thariqil Washilin
 8. Al-Aqwal Al Wadhihat fi Hukm Man ‘Alaih Qadhaish Shalawat
 9. Husnud Difa’ fin Nahy ‘anil Ibtida’
10. Ash Sharim Al Mufri li Wasawis Kulli Kadzib Muftari
11. Maslakur Raghibin fi Thariqah Sayyidil Mursalin
12. Izhhar Zughalil Kadzibin
13. Al-Ayat Al Bayyinat fi Raf’il Khurafat
14. Al-Jawi fin Nahw
15. Sulamun Nahw
16. Al-Khuthathul Mardhiyyah fi Hukm Talaffuzh bin Niyyah
17. Asy Syumus Al-Lami’ah fir Rad ‘ala Ahlil Maratib As Sab’ah
18. Sallul Hussam li Qath’i Thuruf Tanbihil Anam
19. Al-Bahjah fil A’malil Jaibiyyah
20. Irsyadul Hayara fi Izalah Syubahin Nashara
21. Fatawa Al-Khathib dalam versi bahasa Melayu


PENUTUP

S
yaikh Khatib yang jadi imam besar pertama di Masjid Al-Haram asal Minangkabau ini akhirnya menghembuskan nafas terakhir (wafat) di Makkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H bertepatan dengan tanggal 13 Maret 1916 M dalam usia 56 tahun.

Meski demikian namanya masih terngiang terutama di kalangan santri dan penerus mazhab Syafi’i. Kita sebagai bangsa Indonesia turut bangga dengan nama besar beliau. Apalagi beliau masih fasih berbahasa Minang meski lama di Makkah. Luar biasa, salut!


Peran para Ulama Didikan Ahmad Khatib

Di tahun 1911 Syekh Abdullah Ahmad mengeluarkan surat kabar Al-Munir dan Al-Akbar. Dalam tahun 1912 beliau mendirikan sekolah Adabiyah di Padang.  Tahun 1916 Zainuddin Labai mendirikan sekolah agama di Padang Panjang.

Tahun 1918 Syekh Abdul Karim Amrullah mendirikan Sumatera Thawalib. Tahun 1925 Syekh Abdul Karim Amrullah membawa gerakan Muhammadiyah dari Jawa. Tahun 1926 Tahun 1928 Belanda mencoba memasukkan ‘Guru Ordonansi’ (Guru  didikan Hindia Belanda dengan membawa konsep ajarannya terpisah dengan ajaran agama, tidak ada ajaran agama di sekolah), tetapi tidak berhasil, karena keteguhan hati para Ulama menolaknya, terutama Syekh Abdul Karim Amrullah.

Namun demikian, tak salah kiranya jika disebutkan lagi disini beberapa murid yang meonjol, baik secara keilmuan maupun dakwah yang mereka lancarakan, diantaranya adalah:

Syaikh al-Karim bin Amrullah rahimahullah, ayah Buya Hamka. Seorang ulama kharismatik yang memiliki pengaruh besar di ranah minang dan indonesia. Diantara karya tulisnya adalah al- Qaulush shalih yang membicarakan tentang nabi terakhir dan membantah paham adanya nabi baru setelah nabi Muhammad terutama pengikut Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani.

Namun demikian, tidak salah kiranya jika disebutkan lagi disini beberapa murid yang menonjol, baik secara keilmuan maupun dakwah yang mereka lancarakan, diantaranya adalah:

  1. Muhammad Darwis alias KH. Ahmad Dahlan bin Abu Bakar bin Sulaiman rahimahullah- pendiri Jamiyyah Muhammadiyah.
  2. Muhammad Hasyim Bin asy’ari Tebuireng Jombang rahimahullah, salah satu pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama.
  3. Ustadz Abdul Halim Majalengka rahimahullah- pendiri Jamiyyah Ianatul Mutaallimin yang bekerja sama dengan Jamiyyah Khairiyah dan al-Irsyad.
  4. Syaikh Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad Afif al-Banjari rahimahullah- mufti kerajaan Indragiri.
  5. Muhammad Thaib Umar, dsb.

Demikianlah, dari keteguhan dalam menuntut ilmu dan kecermelangan dari Mufti Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Ulama Indonesia yang jadi Guru dan Imam Besar Masjid Al-Haram dan karya-karya tulisnya. Kiranya beliau adalah seorang yang langka kita temui di abad ke-21 ini, khususnya di Nusantara. Siapakah selanjutnya pewaris keteguhan dan kemampuan serta kecermelangan ulama (scholar) dalam menuntut ilmu dan berkarya seperti beliau ini? Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM



Sumber Penulisan:
http://www.gomuslim.co.id/read/tokoh/2016/08/30/1342/syeikh-ahmad-khatib-al-minangkabawi-ulama-nusantara-yang-jadi-imam-dan-guru-di-masjidil-haram.html
https://www.kabarin.co/kisah-perjalan-hidup-syaikh-ahmad-khatib-al-minangkabawi-imam-besar-masjidil-haram/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Khatib_Al-Minangkabawi
https://tebuireng.online/syaikh-ahmad-khatib-al-minangkabawi-guru-para-ulama-indonesia/ □□