Thursday, October 26, 2017

Gonjang Ganjing Politik Indonesia 1



  

C
oba simak dengan baik gonjang ganjing sisi lain dari warga Indonesia yang dikemukakan oleh Bastian P Simanjuntak yang melihat dan membaca keadaan politik dan pengaruh yang berkembang sekarang ini. Dirasakan bahwa keadaan ini belum adil, karena tidak menyentuh kehidupan dan harkat hidup rakyat kebanyakan bangsa Indonesia.

Cobalah berfikir secara adil demi keberlangsungan kehidupan negara dan bangsa ini. Sangat jelas belum menggambarkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia serta jauh dari idealisme yang dituju seperti tercantum dari UUD ’45 dalam pembukaannya sebagai berikut:

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ● Ketuhanan Yang Maha Esa, ● Kemanusiaan yang adil dan beradab, ● Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, ● Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Renungan:

  • Cobalah Anda renungkan isinya. Dengan ini menjadi kewajiban seluruh warga Indonesia untuk menjalankannya, terutama kepada pemangku pemerintah yang telah diberi kepercayaan dalam pemilihan umum untuk menjalankan administrasi pemerintahan tentunya untuk seluruh warganya baik atas terutama yang dibawah. AFM

Sebuah Case Study bagi Pemerintah Indonesia dengan jajarannya dari atas ke bawah sebagai berikut ini:


Gerakan Pribumi Indonesia Ultimatum 9 Naga

M
asyarakat Indonesia sudah terlalu sering menjadi korban penjajahan para kapitalis hitam yang dijuluki dengan nama 9 Naga. Para 9 Naga ini dikenal sangat rakus, tidak pernah puas dengan kekayaannya yang sudah melimpah ruah. Berdasarkan data dari World Bank tahun 2016 kekayaan 4 orang terkaya setara dengan kekayaan 100 juta rakyat Indonesia. Mereka menguasai sumber daya alam, perdagangan, industri manufaktur, perbankan, asuransi, perkapalan, properti, dan sektor-sektor lainnya.

 “Negara menjadi semakin tidak berdaulat dan semakin tunduk terhadap perintah sembilan naga. Terbukti pemerintah tidak berani tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum yang mereka lakukan,” kata Presiden Gerakan Pribumi Indonesia (Geprindo) Bastian P Simanjuntak, di Jakarta, Jumat (25/8/2017).

Bastian menjelaskan, salah satu kelembutan pemerintah ditunjukan kepada Aguan yang sempat dicekal KPK terkait kasus reklamasi di tahun lalu. Pemerintah justru mengundang Aguan ke istana untuk dirayu agar melaporkan pajak dengan benar. “Presiden seolah-olah tidak berani menggunakan perangkat hukum untuk menjerat para penunggak pajak besar itu,” jelasnya.

Bastian juga menuturkan, beberapa waktu lalu Sri Mulyani pernah mengatakan, diantara orang terkaya ada 8 orang yang tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), namun faktanya Sri Mulyani pun tidak bisa tegas menindak orang-orang kaya tersebut yang tidak memiliki NPWP. “Namun sebaliknya, pemerintah keras terhadap rakyat kecil. Subsidi listrik dihapus, petani tebu dipajaki, penunggak rumah susun diusir, dan seterusnya,” tuturnya.
.
Atas dasar tersebut, kata Bastian, akhirnya rakyat berkesimpulan pemerintah sudah tunduk di bawah lutut para sembilan naga ini, mirip seperti patung Jenderal Sudirman yang tingginya hanya di bawah lutut patung Jenderal perang China di Tuban. “Sembilan Naga adalah musuh Rakyat Indonesia, mereka penjajah bangsa Indonesia, merekalah yang selalu menghambat kenaikan upah minimum regional kaum pekerja, merekalah yang selalu merekayasa harga pasar rumah yang begitu tinggi sehingga tidak terjangkau oleh kaum pekerja, merekalah yang suka mencuri ikan para nelayan, merekalah yang membawa lari uang Indonesia keluar negeri untuk menghindari pajak, merekalah antek-antek neoimperialis neokolonialis Cina yang tidak mempedulikan hak-hak rakyat pribumi bahkan mereka telah merampas aset negara dan tanah-tanah rakyat secara ilegal, masih banyak lagi daftar dosa yang sudah dicatat oleh para aktivis yang cinta bangsa dan negara Indonesia,” jelas Bastian.

Lebih lanjut, Bastian menegaskan jika Rakyat Indonesia, baik dari kelompok Islam maupun kelompok nasionalis pribumi Indonesia, saat ini masih menunggu dan mencoba untuk tetap bersabar, karena percaya bahwa demokrasi adalah jalan terbaik buat bangsa Indonesia untuk menggapai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 1945. Meskipun demokrasi telah dicabik-cabik dengan kecurangan-kecurangan secara sistematis dan terencana, rakyat Indonesia masih tetap bersabar. “Kami masih menunggu kesadaran pemerintahan Jokowi. Apakah Jokowi berani melawan sembilan naga? Meskipun sebenarnya kami pesimis, ‘jangankan 9 Naga, merobohkan patung saja Jokowi tidak berani’. Jokowi hanya berani menangkap para aktivis yang anti terhadap hegemoni Cina di Indonesia dengan penggunaan pasal karet, yaitu tuduhan makar, kejahatan ITE dan ujaran kebencian menyangkut SARA.

Jika pemerintah tidak berani melawan sembilan naga maka rakyat sudah pasti akan turun ke jalan untuk berperang melawan sembilan naga,” tandasnya. Bastian pun menegaskan, pihaknya memberikan ultimatum kepada 9 Naga untuk menyerah dan tidak lagi mengintervensi pemerintahan, setelah itu mengembalikan aset-aset bangsa Indonesia yang selama ini telah dikuasai secara ilegal. Dikatakan Bastian, rakyat Indonesia tidak akan tinggal diam menyaksikan ambisi 9 Naga yang ingin menguasai segala sektor di Indonesia. Bastian menganalogikan, ibarat bom waktu yang kapan saja bisa meledak, kemarahan rakyat bisa mencapai puncaknya jika pemerintah masih tidak peka terhadap keinginan rakyat. “Ingat musuh sembilan naga bukan seribu orang atau sepuluh ribu orang, melainkan ratusan juta Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yang menginginkan perubahan dan merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Hei sembilan naga menyerahlah, sebelum semuanya terlambat!,” tutup Bastian. □