Sunday, December 17, 2017

Small is Beautiful




Kata Pengantar

Judul Buku: Kecil itu Indah
Penulis: E. F. Schumacher, 1973.
Penerbit: LP3ES
Tebal: 301 halaman

Penulisan risensi buku “Small is Beautiful” (Kecil itu Indah) muncul dan termotivasi dari jalannya pembahasan Bedah Buku “From Global to Local” yang syarat materialis, ekonomi kapitalisme, membangun dan mempertahankan power (kekuatan) ekonomi pemodal yang seolah Sumber Daya Manusia baik dari tenaga kerja bawah (buruh), menengah (menejerial) dan atas (tenaga akhli) tidak berguna lagi karena diganti oleh robot dan 3D manufacturing dari “mass production”.

Lantas apa nilainya manusia sekarang ditinjau dari segi lapangan pekerjaan yang mereka butuhkan yang dengan itu mereka bisa hidup. Kebutuhan manusia hanya melulu materi, dimana lagi tempatnya kebutuhan spiritual yang juga manusia butuhkan – manusia juga sebagai makhluk ruhaniyyah.  Jasad dari tanah kembali ketanah dan ruh dari (diciptakan) oleh Divine (Ilahi, Yang Maha Kuasa) kembali ke Divine untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan dan keyakinannya.

Walaupun demikian sebagaimana kita hidup di alam dunia tentu memerlukan kebutuhan ekonomi (rezeki), maka bagaimana supaya hidup ekonomi dapat dinikmati oleh bukan hanya segelintir manusia atau segilintir bangsa saja tapi juga untuk seluruh manusia atau seluruh bangsa dengan cara “kemanusian yang adil dan beradab”. 

Untuk itu mari kita ikuti risensi buku yang bertema “Kecil itu Indah” karya E. F. Schumacher. □ AFM


Pendahuluan

S
 Siapa Dia? E (Ernst) F (Friedrich) "Fritz" Schumacher. Lahir di Bonn, Jerman, 19 Agustus 1911 – Meninggal di Switzerland, 4 September 1977. Pendidikan: University of Oxford adalah seorang ahli statistik dan ekonom Jerman yang paling dikenal karena proposalnya untuk teknologi berskala manusia, desentralisasi dan teknologi yang tepat guna. Beliau menjabat sebagai Penasihat Ekonomi Kepala Dewan Batubara Nasional Inggris selama dua dekade, dan mendirikan Kelompok Pengembangan Teknologi Menengah pada tahun 1966.

   Pada tahun 1995, buku 1973-nya Small Is Beautiful: Studi Ekonomi Seolah-olah Orang Dipetakan diberi peringkat oleh The Times Literary Supplement sebagai salah satu dari 100 buku paling berpengaruh yang diterbitkan sejak atau setelah Perang Dunia II. Pada tahun 1977 ia menerbitkan A Guide for the Perplexed – Sebuah Panduan bagi Yang Galau, sebagai kritik terhadap scientisme materialistis dan sebagai eksplorasi atas sifat dan pengorganisasian dari sistim pengetahuan.

   Ayah Schumacher adalah seorang profesor ekonomi politik. Schumacher muda belajar di Bonn dan Berlin, kemudian dari tahun 1930 di Inggris sebagai Rhodes Scholar di New College, Oxford, dan kemudian di Columbia University, New York City. Mendapatkan diploma di bidang ekonomi. Dia kemudian bekerja di bidang bisnis, bertani dan jurnalisme.


Pembahasan

Ideologi suatu bangsa turut serta mempengaruhi sistem ekonomi yang akan berlaku dalam wilayah kedaulatan. Begitu pula dengan Indonesia, yang saat ini menyatakan diri menganut sistem ekonomi pancasila. Terlepas dari filosofi yang terkandung didalamnya, suatu hal pasti bahwa setiap sistem ekonomi bertujuan untuk memberi kesejahteraan.

   Indonesia dalam kategori negara berkembang, telah menghadapi berbagai pilihan-pilihan untuk menentukan pembangunan infrastruktur yang tentunya merata serta pengembangan teknologi tepat guna. Sejak era Soeharto dengan Program Repelita hingga Pemerintahan era Reformasi, berbagai proyek telah digelintirkan untuk percepatan pembangunan demi tatanan ekonomi yang lebih baik.

   Dewasa ini disiplin ekonomi mengalami perkembangan. Ekonomi tadinya berupa filsafat pemikiran menjadi sebuah cabang keilmuan yang bersifat semi sains. Ilmu ekonomi telah sangat diperlukan dalam suatu negara yang berorientasi industri. Salah satu bentuk penerapannya adalah Pendapatan Nasional Bruto yang menggambarkan tingkat pertumbuhan dan hubungannya dengan tingkat keberhasilan pemerintah, inflasi dan tingkat pengangguran digambarkan secara kuantitatif.

   Pada tahun 1973, buku berjudul ‘Small is Beautiful’ sebuah gagasan tentang Ilmu Ekonomi Yang Mementingkan Rakyat Kecil dikeluarkan oleh ekonom E. F. Schumacher. Buku ini memuat begitu banyak kontra dengan sistem ekonomi yang dipopulerkan oleh Adam Smith beserta tokoh turunannya - John M. Keynes.

   Buku ‘Kecil Itu Indah’ berisi 4 bab pemikiran Schumacher. Secara garis besar Schumacher membahas tentang kearifan yang hilang akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis; Eksplorasi sumber daya alam berlebihan akibat mengutamakan perkembangan teknologi secara cepat; Sistem pendidikan yang tak bersinggungan lagi dengan unsur metafisika. Manusia, alam dan teknologi adalah tiga unsur dalam dinamika berfikirnya dituangkan dalam buku ini. Beliau memandang adanya kekeliruan-kekeliruan yang kenyataannya telah berlangsung hingga beberapa generasi.

Pada awal ulasan buku ini, mengutip sepatah kata Schumacher dalam buku ‘Kecil Itu Indah’:

“Barangkali sia-sia mencari bukti sejarah bahwa si kaya selalu bersifat lebih damai daripada si melarat, tetapi dapat pula dikemukakan bahwa si kaya selalu merasa terancam oleh si miskin, bahwa keagresifan mereka berasal dari rasa takut.”

   Schumacher tidaklah sedang melontarkan kalimat sentimen kepada si kaya, inilah gambaran produk-produk pemikiran kapitalis dalam Dunia Modern, dimana antara modal dan produktivitas terselip ‘kerakusan’ - sifat tidak puas dan ingin menguasai lebih dan lebih lagi dalam diri pribadi masing-masing.

   Schumacher memaparkan tulisan dengan gaya argumentative. Dia membeberkan fakta-fakta bahwa eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam terbatas, seperti bahan bakar fosil oleh pelaku industri telah membawa masalah besar bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Jumlah bahan bakar fosil bumi yang semakin sedikit membuat suatu negara ingin mencari (baca: menguasai) sumber daya di belahan dunia lain, tentu saja berpeluang menciptakan masalah hubungan antara dua negara atau lebih.

   Schumacher membantah keyakinan para ahli ekonomi yang menyatakan bahwa ‘masalah produksi’ telah terpecahkan. Paradigma tersebut mengakibatkan meningkatnya konsumsi tanpa memperhatikan sumber daya yang ada. Keyakinan itu ada karena kita belum dapat membedakan modal dan pendapatan. Sumber daya alam jika dijadikan ‘pendapatan’, tentu saja ini membuat manusia seenaknya mengeksplorasi Sumber Daya Alam terbatas untuk dijadikan alat produksi. Andaikata sumber daya dianggap sebagai ‘modal’, maka akan timbul sikap hemat dan lebih hati-hati menggunakannya.

   Kekeliruan akan terlihat jika kita sadari bahwa  kita sedang berhadapan dengan modal, bukan dengan pendapatan, bahwa bahan bakar fosil misalnya tidak dibuat oleh manusia, dan tidak bisa dipulihkan kembali. Walaupun muncul penelitian tentang energi alternative yang dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti tenaga nuklir,namun hal ini justru menimbulkan masalah baru. Tenaga nuklir masih beresiko tinggi dibanding manfaat yang dapat diberikan.

   Hingga pada keyakinan modern tentang apa itu ‘perdamaian dan kelestarian’ masih saja keliru. Sulit menaruh keyakinan kepada generasi sekarang untuk memahami dengan normatif tentang dua hal tersebut. Keyakinan modern umumnya berpendapat bahwa perdamaian adalah kemakmuran yang merata di seluruh dunia. Namun kenyataannya kemakmuran itu hanya dapat dicapai dengan dasar filsafat materialistik. Seperti pendapat Keynes:

Bahwa yang baik itu buruk dan yang buruk itu baik - karena yang buruk berguna dan yang baik tidak berguna. Sikap serakah, riba dan sikap hati-hati masih harus tetap menjadi dewa-dewa kita untuk jangka waktu yang cukup lama”.

Hal ini telah jelas mengesampingkan etika. Apakah dikatakan perdamaian dan kelestarian itu benar-tanpa etika?

   Schumacher menilai perdamaian itu tidak dapat didirikan di atas landasan kemakmuran merata. Kemakmuran seperti itu hanya bisa dicapai dengan memupuk nafsu-nafsu serakah dan iri hati. Kemakmuran suatu bangsa tidak serta merta dilihat dari angka Produk Nasional Kotor yang menutupinya. Ada hal buruk terjadi pada sekolompok masyarakat kecil umumnya tidak dapat dipaparkan oleh angka-angka tersebut. Buruknya pemikiran ekonomi Keynes dapat merusak tatanan hidup baik dari segi material dan non material.

   Menurut Schumacher harus ada perubahan arah bagi ilmu dan teknologi dengan memasukkan kearifan ke dalam strukturnya. Perdamaian dan Kelestarian itu ada karena kita kembali pada kearifan. Kearifan memungkinkan kita melihat betapa meruginya manusia yang mementingkan tujuan material tanpa memerhatikan tujuan spiritual. Sebagai contoh kehidupan ekonomi yang baik yang disebutnya  ‘ilmu ekonomi Buddha’ yang menjunjung tujuan spiritual – ketika itu ia menjadi penasehat ekonomi di Burma yang mayoritas penduduknya beragama Budddha, hidup selaras dengan alam, kesederhanaan tanpa kekerasan dalam setiap keputusan-keputusan dan tindakan ekonomi.

   Apa faktor yang melatari manusia hingga sejauh ini mengabaikan - baik disadari atau pun tidak disadari- kelestarian lingkungan? Menurut Schumacher ini ada dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan saat ini (era tahun 1970-an) mengabaikan kesadaran metafisik. Ilmu sains dan humanistic diajarkan tanpa memahami landas pikirannya, tanpa mengetahui arti dan kedudukan ilmu tersebut dalam alam pikiran manusia. ilmu dan teknis menghasilkan know-how (keterampilan) tetapi ini tidak berarti jika tanpa penyebaran nilai-nilai dalam pendidikan. Begitu pula dengan perkembangan ilmu ekonomi yang diajarkan tanpa pemahaman mengenai pandangan perihal sifat manusia. Hal ini yang menyebabkan timbulnya kerakusan dan sifat merusak alam demi memenuhi hasrat konsumsi.

   Selanjutnya schumacher memberi gagasan berupa solusi bahwa masalah sosial dan ekonomi menghendaki pengembangan teknologi madya. Teknologi madya adalah teknologi menengah bersifat sederhana dan  ramah lingkungan yang mampu dijalankan oleh kaum miskin. Selain itu, Desa-desa juga diberikan bantuan baik secara kualitatif dan kuantitatif.

   Di akhir buku Schumacher menuliskan bahwa hanya dengan landasan jenis kebijaksanaan yang berjiwa besar kita dapat mencapai justicia (keadilan) , fortitudo (ketabahan hati) dan temperatia, yang berarti mengetahui bahwa orang harus berhenti mengejar kepentingan pribadi (egosentris) jika sudah cukup. Keadilan berkaitan dengan kebenaran, ketabahan hati dengan kebaikan. Untuk melaksanakan hal itu kita tidak dapat mencari bimbingan dari ilmu dan teknologi, namun masih dapat ditemukan dalam ajaran-ajaran arif tradisional umat manusia.

   Sebagai suatu apresiasi penulis, buku ‘Small is Beautiful’ dalam terjemahan Indonesia ‘Kecil itu Indah’ karya E. F. Schumacher ini mengajak pembaca untuk merefleksi kembali hasil pemikiran-pemikiran sistem ekonomi kapitalis. Sangat sulit memang memasukkan nilai-nilai spiritual dalam lingkup ilmu ekonomi yang cenderung melihat variabel-variabel kuantitatif. Namun, kita tentu tidak melupakan ajaran-ajaran Islam - saat ini berkembang khazanah ilmunya di bidang ekonomi - menjadi pedoman hidup kita. Allah SWT telah mencukupkan dan menyediakan sumber daya untuk dikelola manusia. Tetapi satu hal, kita diperintahkan sebagai khalifah di muka bumi, untuk berbuat kebajikan terhadap sesama ciptaan, bukanlah untuk berbuat kerusakan.


Penutup

Tadinya - sebagai seorang pemuda, Schumacher adalah seorang yang berdedikasi kepada atheis. Namun karena penolakannya terhadap cara berfikir atau paham dari modernitas materialis, kapitalis, dan  agnostik, akhirnya  tertarik dan tumbuh menjadi percaya dengan (ajaran) agama yang baik bagi manusia.

   Setelah Perang Dunia II, E. F. Schumacher bekerja sebagai penasehat ekonomi Komisi Kontrol Inggris yang bertugas membangun kembali ekonomi Jerman. Dari tahun 1950 sampai 1970 ia menjadi Penasehat Ekonomi Kepala Badan Batubara Inggris, salah satu organisasi terbesar di dunia, dengan 800.000 karyawan. Perencanaan berpandangan jauh Schumacher (dia memperkirakan kenaikan OPEC dan masalah tenaga nuklir) membantu Inggris dalam pemulihan ekonominya.

   Pada tahun 1955, Schumacher pergi ke Burma sebagai konsultan ekonomi. Sementara di sana, dia mengembangkan prinsip-prinsip apa yang dia sebut "ekonomi Buddhis", berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan yang baik sangat penting untuk pengembangan manusia yang tepat dan bahwa "produksi dari sumber lokal untuk kebutuhan lokal adalah cara paling ekonomis dalam kehidupan ekonomi." Schumacher juga memperoleh wawasan yang membuatnya menjadi pelopor dari apa yang sekarang disebut "teknologi tepat guna": teknologi bumi dan user-friendly sesuai dengan skala kehidupan masyarakat.

   E. F. Schumacher kemudian menjadi penulis utama - bersama Leopold Kohr, John Papworth, Danilo Dolci, Paul Goodman, John Seymour, dan Satish Kumar dalam Jurnal Kebangkitan Inggris. Buku terlarisnya Small Is Beautiful: Economics As If People Mattered – Kecil itu Indah: (Pemecahan) Ekonomi menjadi berarti jika manusia dihadapi dalam suatu masalah (1973, diterbitkan oleh Hartley & Marks pada tahun 1999) telah mempengaruhi banyak pembaca untuk memeriksa kembali pilihan masyarakat dan pribadi mengenai tuntutan terus-menerus akan kehidupan modern. Dua buku lainnya adalah Good Work dan A Guide for the Bingley.

Dari buku E. F. Schumacher Small is Beautiful World Wisdom telah memasukkan "Epilog" dalam koleksinya dalam Science and the Myth of Progress – Sains dan Mitos Kemajuan.

   Akhir kata, kesederhanaan dan kearifan memang haruslah ada dalam setiap cara berfikir manusia dalam memenuhi hasrat pribadinya. Meskipun hanya perkembangan-perkembangan kecil yang kita lakukan, jauh lebih damai dan menenangkan jika kita merasakan ketentraman bersama - “Small is Beautiful”. □ AFM


Sumber:
Wikipedia
bantaitugas.wordpress.com
Dan sumber-sumber lainnya□□

Friday, December 8, 2017

World Without Mind





Judul Buku: “World Without Mind – The existential Threat of Big Tech” - Dunia Tanpa Pikiran - Ancaman eksistensial dari Big Tech.
Penulis: Franklin Foer.
Penerbit: Penguin Press, New York, 2017. Buku ini terdiri dari 3 bab, 11 pasal dengan halaman 251.

Franklin Foer adalah seorang penulis staf di The Atlantic dan mantan editor The New Republic, mengomentari isu kontemporer dari perspektif liberal. Foer lahir pada tahun 1974. Ia lulus dari Universitas Columbia pada tahun 1996 dan tinggal di Washington, D.C.


F
Franklin Foer mengungkapkan ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh teknologi besar, dan dalam polemik briliannya memberi kita toolkit untuk melawan pengaruh mereka yang meluas.

Selama beberapa dekade terakhir telah terjadi revolusi dalam hal siapa yang mengendalikan pengetahuan dan informasi. Perubahan yang cepat ini telah merusak cara berpikir kita. Tanpa berhenti mempertimbangkan biaya, dunia telah bergegas untuk merangkul produk dan layanan dari empat perusahaan titanic – perusahaan maha besar. Kami berbelanja dengan Amazon; bersosialisasi di Facebook; beralih ke Apple untuk hiburan; dan mengandalkan Google untuk mendapatkan informasi.

Perusahaan-perusahaan ini menjual efisiensi dan maksud mereka untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik, namun apa yang telah mereka lakukan adalah memungkinkan tingkat kenyamanan sehari-hari yang memabukkan.

Seiring perusahaan-perusahaan ini berkembang, memasarkan diri mereka sebagai juara individualitas dan pluralisme, algoritma mereka telah membuat kita menyesuaikan diri dan membebani privasi. Mereka telah menghasilkan budaya informasi yang tidak stabil dan sempit, dan menempatkan kita pada sebuah jalan menuju dunia tanpa perenungan pribadi, pemikiran otonom, atau introspeksi tunggal - dunia tanpa pikiran. Untuk memulihkan kehidupan batin kita, kita harus menghindari coopted (terkoptasi - artinya teradopsi atau tersedot ide atau kebijakan yang disajikan itu bagi kepentingan atau keuntungan yang mengabarkan berita) oleh perusahaan raksasa ini, dan memahami gagasan yang mendukung kesuksesan mereka.

Dengan elegan menelusuri sejarah intelektual ilmu komputer - dari Descartes dan pencerahannya kepada Alan Turing kepada Stuart Brand dan asal usul hippie dari Silicon Valley-Foer hari ini memperlihatkan dasar-dasar gelap dari impian kita yang paling idealis terhadap teknologi. Ambisi perusahaan Google, Facebook, Apple, dan Amazon, menurutnya, menginjak-injak nilai-nilai liberal yang sudah berlangsung lama, terutama kekayaan intelektual dan privasi. Ini adalah tahap yang baru lahir dalam otomasi total dan homogenisasi kehidupan sosial, politik, dan intelektual. Dengan merebut kembali otoritas pribadi kita atas bagaimana kita secara intelektual terlibat dengan dunia, kita memiliki kekuatan untuk membendung arus.

Yang dipertaruhkan tidak kurang dari siapa diri kita, dan apa jadinya kita. Telah ada perusahaan monopoli di masa lalu tapi raksasa korporat hari ini memiliki tujuan yang jauh lebih jahat. Mereka adalah perusahaan monopoli yang menginginkan akses ke setiap aspek identitas dan pengaruhnya di setiap sudut pengambilan keputusan kami. Sampai sekarang hanya sedikit yang bisa memahami skala ancaman tersebut. Foer menjelaskan bukan hanya krisis eksistensial yang menjulang tapi juga keharusan perlawanan. □ AFM

Thursday, November 23, 2017

Thanksgiving Day Hari Bersyukur





Pendahuluan

H
Hari ini adalah hari Thanksgiving Day. Hari libur untuk mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur di akhir musim panen, karena setelah itu tidak ada lagi panen tumbuhan makanan sampai pertengahan tahun depan. Dalam menghadapi akhir musim rontok (fall) dan musim dingin atau salju (winter) kegiatan pertanian terhenti sama sekali. Praktis mereka hidupnya bergantung pada musim semi (spring, musim mulai cocok tanam) dan panas (summer, musim panen).

Hari Pengucapan Syukur adalah hari libur resmi di Amerika Serikat yang jatuh pada hari Kamis keempat di bulan November. Tahun ini jatuh pada tanggal 23. Pesta Hari Pengucapan Syukur yang pertama diadakan tahun 1619 - ketika itu masih merupakan Koloni Inggris - yang sekarang disebut Perkebunan Berkeley di Virginia, dan di Plymouth, Massachusetts pada tahun 1621.


Akhir Pekan Yang Panjang

Di Amerika Serikat, hari libur Thanksgiving yang selalu jatuh pada hari Kamis menjadi hari pertama dari akhir pekan yang lamanya 4 hari. Bagi sebagian pegawai (78% pada tahun 2007), hari Thanksgiving dan hari Jumat sesudahnya dijadikan hari libur yang digaji. Selain dari itu, pegawai dengan sistem cuti yang bisa diambil sewaktu-waktu dapat meminta cuti di hari sesudah Thanksgiving. [1]

Sehari sesudah Thanksgiving adalah hari Jumat, yang disebut Jumat Hitam (Black Friday) yang menandai dimulainya musim belanja Natal (Hari Raya Umat Kristen). Sebagian besar toko sudah buka sejak pagi hari (biasanya sejak jam 05.00 pagi), dan menjual barang dengan sistem obralan (cuci gudang) agar pembeli mau datang.

Disebut Jumat Hitam karena pada hari itu biasanya neraca pembukuan mereka berubah dari warna merah (merugi) menjadi hitam (untung). Toko-toko besar seperti toko-toko elektronik, supermal, dan semacamnya biasanya penuh dengan orang yang mengantri untuk membeli barang sejak Kamis sore. Beberapa toko elektronik sudah terbentuk antrian sepanjang 100-200 orang untuk membeli barang yang diobral. Toko-toko biasanya buka pada hari Jumat pukul 5 pagi, namun antrian kadang-kadang sudah dimulai sejak hari Kamis pukul 5 sore. Supermal kadang-kadang buka pukul 12 tengah malamnya dan toko-toko di dalamnya menjual barang-barang obral. Pada hari istimewa ini tidak jarang pengunjung supermal pada tengah malam tersebut membeludak menjadi ratusan bahkan ribuan orang.


Transportasi

Thanksgiving di Amerika Utara juga merupakan kesempatan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara - sama halnya di Indonesia seperti mudik atau pulang kampung untuk bertemu dengan keluarga di Hari Raya Idul Fitri. Hari Rabu sebelum hari Thanksgiving dan hari Minggu yang merupakan hari terakhir libur Thanksgiving merupakan hari-hari tersibuk bagi transportasi udara, kereta api, bus antarkota, dan jalan-jalan raya.


Tradisi Perayaan

Di Amerika Serikat terdapat tradisi menikmati makan malam Thanksgiving bersama keluarga, teman, dan kerabat. Ayam Kalkun merupakan hidangan utama, sehingga Thanksgiving juga dikenal sebagai "Hari Kalkun". Kalkun biasanya dimakan bersama saus kranberi dan hidangan lain seperti kentang puree, jagung rebus, pai labu (sisa perayaan Halloween), dan berbagai macam sayur-sayuran musim gugur yang lain. Sewaktu menikmati makanan Thanksgiving, orang biasanya saling bercerita mengenai hal-hal baik yang telah mereka alami.

Liburan Thanksgiving dimulai sebagai hari libur nasional Amerika Serikat untuk berterima kasih dan memuji Tuhan. [2] Warisan nilai-nilai keagamaan terus berlanjut dalam bentuk tradisi mengucapkan doa sebelum menikmati hidangan Thanksgiving. [3][4][5]

Juga, Pertandingan sepak bola Amerika (American Football) merupakan olahraga yang tidak terpisahkan dengan perayaan Thanksgiving. Pertandingan liga profesional selalu diadakan di hari Thanksgiving. Pada hari Thanksgiving merupakan satu-satunya pertandingan yang ada selama seminggu, selain pertandingan di hari Minggu dan Senin malam. Selain itu, pertandingan sepak bola Amerika antarperguruan tinggi dan sekolah menengah juga banyak dimainkan di akhir pekan Thanksgiving.


Sejarah Hari Pengucapan Syukur


Tradisi merayakan Thanksgiving dengan makan bersama dimulai di Amerika pada tahun 1621. Kaum Pilgram (kaum Pilgram disebut juga kaum Puritan adalah kaum yang mendapat tekanan - karena perbedaan sekte atau pemahaman agama, yang melarikan diri dari daratan Inggris menuju pantai Barat Amerika Utara) yang  yang bermukim di Plymouth, Massachusetts mengadakan pesta makan bersama penduduk asli Amerika suku Wampanoag. Tradisi pesta makan Thanksgiving berlanjut hingga sekarang dan disebut "makan malam Thanksgiving" dengan menu utama berupa ayam kalkun.

Sebagian dari cerita asal usul Thanksgiving di Amerika adalah mitos yang berkembang sekitar tahun 1890-an dan awal 1900-an. Thanksgiving dimaksudkan sebagai bagian dari usaha menciptakan identitas nasional setelah Perang Saudara di Amerika, dan bagian dari kesadaran melting pot bagi imigran baru.

Pada tahun 1621, kaum pilgram menetapkan satu hari untuk berpesta merayakan hasil panen pertama milik koloni di Plymouth, New England. Pada waktu itu, pesta diadakan bukan untuk merayakan Thanksgiving, tetapi sekadar pesta panen yang merupakan tradisi orang Inggris dan orang Indian suku Wampanoag. Beberapa orang pejabat koloni menulis catatan pribadi tentang pesta tahun 1621 di Massachusetts.

Catatan berikut dikutip dari buku Of Plymouth Plantation yang ditulis pemimpin kaum pilgrim William Bradford:

"Mereka sekarang mulai mengumpulkan panen kecil yang dihasilkan, dan mempersiapkan rumah dan tempat tinggal untuk menghadapi musim dingin, semuanya diberkahi kesehatan dan kekuatan serta semua persediaan cukup berlimpah. Sementara sebagian orang bekerja di luar rumah, sebagian lagi pergi memancing, ikan cod, ikan bass, dan ikan-ikan lain, yang semuanya disimpan dan dimiliki setiap keluarga dalam jumlah cukup. Sepanjang musim panas unggas tidak diperlukan, dan sekarang punya persediaan unggas. Musim dingin sudah menjelang, tempat ini masih berlimpah-limpah ketika mereka pertama kali datang (tapi sesudah itu berkurang sedikit demi sedikit). Selain unggas air, ada banyak persedian kalkun liar, yang diambil banyak oleh mereka, di samping daging rusa, dsb. Selain itu, mereka pernah harus menakar jatah makanan seminggu untuk setiap orang, atau sekarang sejak panen, jagung Indian sesuai takaran yang sama. Yang membuat banyak orang sesudah itu menulis dengan gembira tentang panen berlimpah kepada teman-teman mereka di Inggris, yang tidak dibuat-buat, semuanya laporan yang sesungguhnya."


Tulisan pemimpin kaum pilgrim Mayflower Edward Winslow dalam buku Mourt’s Relation:

"Panen kami sudah dibawa masuk, gubernur kami mengirim empat orang berburu unggas, jadinya kami bisa merayakan bersama dalam kesempatan istimewa setelah selesai mengumpulkan hasil kerja keras. Mereka berempat dalam satu hari mendapat unggas yang sama banyaknya, dengan kelompok orang selama seminggu, itu pun dengan sedikit bantuan. Pada saat itu, di antara pengisi waktu luang yang lain, ketika kami mengadakan perayaan, banyak orang Indian datang ke tempat kami, dan di antaranya raja terbesar Massasoit, bersama sembilan puluh orang, yang kami hibur dan berpesta makan selama tiga hari, dan mereka pergi berburu dan mendapat lima ekor rusa, yang kami bawa ke perkebunan dan dipersembahkan untuk gubernur kami, kapten, dan yang lain. Dan walaupun kami tidak selalu kelimpahan seperti sebelumnya di waktu yang sama, kami selalu berada di atas yang kami inginkan, semuanya berkat kebaikan Tuhan, kami ingin juga Anda ikut menikmati kelimpahan yang kami miliki."


Catatan Winslow tentang sembilan puluh orang Indian sangat menarik perhatian. Jumlah penduduk asli yang hadir melebihi 50 orang Inggris yang selamat pada waktu itu. Dua kalimat sebelumnya hanya merekam kejadian pada waktu itu, tetapi sejarawan berasumsi kedua kelompok (orang Inggris dan penduduk asli Amerika) menyelenggarakan perayaan yang belum biasa dilakukan.

Kaum pilgrim tidak menyelenggarakan Thanksgiving seperti yang dikenal sekarang hingga tahun 1623, setelah mengalami kekeringan, doa meminta hujan, dan hujan berhasil turun kemudian. Perayaan Thanksgiving dilakukan secara tidak teratur dan baru dilakukan kalau ada peristiwa yang menyenangkan, atau sehabis kekurangan makanan akibat peristiwa yang tidak menyenangkan. Pada tradisi kaum pilgrim di Plymouth, hari Thanksgiving lebih bersifat perayaan gereja dan bukan pesta makan.

Pesta Thanksgiving yang diadakan sesudah panen secara berangsur-angsur berkembang di pertengahan abad ke-17. Tapi hari menyelenggarakan Thanksgiving belum serempak, masing-masing koloni memiliki hari Thanksgiving sendiri-sendiri.

Koloni Massachusetts Bay merayakan Thanksgiving yang pertama pada tahun 1630. Sejak itu Thanksgiving terus diadakan secara teratur, sampai akhirnya sekitar tahun 1680 ditetapkan sebagai festival tahunan di koloni Massachusetts Bay. Koloni Connecticut memulai perayaan Thanksgiving sejak 1639, mengadakannya setiap tahun hingga 1647, dengan pengecualian pada tahun 1675. Orang Belanda di New Netherland menetapkan satu hari khusus untuk merayakan Thanksgiving pada tahun 1644, dan sesudah itu kadang-kadang ditetapkan kembali.


Perang Revolusi Amerika Hingga Pembentukan Negara

Selama Perang Revolusi Amerika, Continental Congress menetapkan tanggal penyelenggaraan Thanksgiving yang bisa satu hari atau lebih, dengan perkecualian pada tahun 1777. Setiap kalinya tanggal Thanksgiving ditetapkan, Continental Congress menganjurkan pemimpin masing-masing negara bagian untuk melangsungkan Thanksgiving pada tanggal yang sudah ditentukan.

George Washington, pemimpin pasukan revolusioner pada Perang Revolusi Amerika mengumumkan Thanksgiving di bulan Desember 1777 sebagai perayaan kemenangan sesudah mengalahkan pasukan Inggris dalam Pertempuran Saratoga. Setiap tahunnya, Continental Congress sejak 1777 hingga 1783 menetapkan Thanksgiving di bulan Desember, dengan perkecualian pada tahun 1782.

Pada tahun 1789 dan 1795, George Washington sekali lagi mengumumkan Thanksgiving, tetapi kali ini dalam kapasitasnya sebagai presiden.

Penetapan Thanksgiving oleh Presiden George Washington pada tahun 1789 adalah berkat rekomendasi sebuah resolusi yang ditetapkan Dewan Perwakilan dan Senat. Hari Thanksgiving ditetapkan secara nasional pada tanggal 26 November 1789. Alasan mengadakan Thanksgiving adalah "untuk menganjurkan rakyat Amerika Serikat, hari untuk berdoa dan mengucapkan syukur bagi publik, agar diperingati dengan pernyataan terima kasih dari lubuk hati yang bersyukur atas kelimpahan dan tanda-tanda kebaikan Tuhan Mahakuasa, khususnya yang telah memberikan rakyat kesempatan untuk mendirikan bentuk pemerintahan dengan damai, demi keselamatan dan kebahagiaan rakyat ..." (tertanda) G. Washington, The Massachusetts Sentinel, Rabu, 14 Oktober 1789.

Presiden John Adams mendeklarasikan Thanksgiving pada tahun 1798 dan 1799. Presiden Madison, menetapkan satu hari untuk perayaan Thanksgiving di saat hampir berakhirnya perang tahun 1812 sebagai jawaban atas resolusi Kongres. Selain itu, Presiden Madison pernah menetapkan liburan Thanksgiving sebanyak dua kali pada tahun 1815, tetapi keduanya tidak dirayakan di musim gugur.

Sejak tahun 1817, setiap tahun Gubernur New York menetapkan hari Thanksgiving. Di beberapa negara-negara bagian Selatan, hari Thanksgiving pernah ditentang dengan alasan cuma mempertahankan sisa-sisa kebudayaan puritan. Tapi pada tahun 1858, gubernur 25 negara bagian dan 2 teritori sudah menetapkan hari Thanksgiving secara bersama-sama.

Di tengah Perang Saudara Amerika Serikat, Presiden Abraham Linclon menetapkan hari Thanksgiving nasional untuk dirayakan pada hari Kamis terakhir di bulan November 1863. Penetapan hari Thanksgiving merupakan reaksi atas serangkaian editorial yang ditulis Sarah Joseph Hale. Sejak tahun 1863, Thanksgiving dirayakan setiap tahun di Amerika Serikat secara resmi.


Masa Presiden Roosevelt hingga sekarang

Pada tahun 1939, Presiden Franklin D. Roosevelt menetapkan Thanksgiving pada hari Kamis minggu ketiga di bulan November dan tidak lagi pada Kamis minggu keempat. Pengumuman ini dilakukan ketika ekonomi Amerika masih berada di tengah Great Depression. Presiden Roosevelt bermaksud memberi kesempatan yang lebih lama bagi para pedagang, supaya bisa menjual barang-barang sebanyak-banyaknya sebelum Natal tiba. Yaitu, aliran perputaran ekonomi bagi para pedagang atas penjualan barang-barangnya yang diperoleh dari pembelajaan dari rakyat sebagai konsumen (Pemasukan pedagang dan pengeluaran rakyat) yang bertambah diharapkan biasa membantu negeri dari keterpurukan ekonomi. Pada masa itu, penjualan barang untuk Natal masih belum layak diiklankan hingga selesai Thanksgiving.

Deklarasi Roosevelt tentang Thanksgiving hanya dipatuhi 23 negara bagian, sedangkan 22 negara bagian tidak mengindahkannya. Negara bagian seperti Texas tidak memutuskan apa-apa dan menganggap hari Kamis minggu ketiga dan keempat sebagai hari libur pemerintah. Pada tahun 1940, Presiden Roosevelt bersikeras untuk merayakan Thanksgiving seminggu lebih awal (Kamis minggu ketiga) yang dikenal dengan istilah Franksgiving. Pada tahun 1941, Kongres Amerika Serikat tampil sebagai penengah dan menetapkan hari Thanksgiving pada Kamis keempat di bulan November, yang kadang-kadang jatuh di hari Kamis minggu terakhir, dan kadang-kadang jatuh hari Kamis sebelum hari Kamis minggu terakhir. Presiden Roosevelt menetapkan rancangan undang-undang ini menjadi undang-undang pada tanggal 26 November 1941.

Sejak tahun 1947, setiap tahunnya Federasi Kalkun Nasional mempunyai tradisi memberi hadiah 2 ekor kalkun yang sudah dibersihkan dan siap dimasak dan satu ekor kalkun hidup kepada Presiden Amerika Serikat. Kalkun yang masih hidup diampuni nyawanya dan hidup damai sebagai binatang peliharaan di peternakan. Tradisi ini sudah dimulai sejak zaman Presiden Harry Truman tahun 1947, tetapi di perpustakaan Truman Library tidak ditemukan bukti tentang kebiasaan ini. Pendapat lain mengatakan tradisi mengampuni kalkun dimulai Presiden Abraham Lincoln yang berjanji tidak memotong kalkun peliharaan anak laki-lakinya. [6] Kedua versi cerita sama-sama sering dikutip dalam pidato kepresidenan.

Belakangan ini, jumlah kalkun yang mendapat pengampunan menjadi dua ekor. Kalau-kalau kalkun yang satu berhalangan menerima grasi dari Presiden. Sejak tahun 2003, khalayak ramai diundang ikut serta dalam kontes memberi nama kalkun. Pada tahun 2005, nama yang terpilih adalah Marshmallow dan Yam (yang sekarang tinggal di Disneyland). Biscuit dan Gravy terpilih sebagai nama dua ekor kalkun pada tahun 2004. Pada tahun 2003, keduanya diberi nama Stars and Stripes.

Kontrari dari ruh atau semangat perayaan diatas, sejak tahun 1970, sekelompok orang yang berintikan Suku Indian mengadakan peringatan kontroversial “Hari Berkabung Nasional” (National Day of Mourning) sebagai protes perayaan Thanksgiving di Plymouth Rock, Plymouth, Massachusetts. Sebabnya kenapa? Boleh jadi mereka (Pribumi Indian) merasa ini tanah milik dan berasal dari mereka.


Penutup

Demikianlah uraian panjang lebar tajuk “Thansgiving Day - Hari Bersyukur” dirayakan bukan saja di Amerika Serikat, tapi juga Kanada, Liberia, Pourto Riko dan Pulau Norfolk.

Dari paparan tersebut ada suatu hal yang banyak kita pelajari dan pahami dari perjalanan sejarah Amerika sejak dari zaman koloni Inggris sampai berkumpulnya bangsa-bangsa dari seluruh penjuru dunia berimigrasi di tanah “melting pot” Amerika dalam menyemakati hari Thanksgiving Day ini. □ AFM


Referensi
[1] BNA Holiday Report
[2] Proclamation of Thanksgiving, Washington, D. C. October 3, 1863
[3] News Tip: Saying Grace a Reminder of Responsibilities
[4] Amazing Grace: No matter what’s on the plate, giving thanks is universal
[5] Faith+Values: Your grace
[6] Cynthia Edwards (2003-12-05). “Did Truman pardon a Turkey?” Truman Trivia. Harry S. Truman Pressidential Museum & Library. Diakses tanggal 20 September. □□


Sumber Penulisan
https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Pengucapan_Syukur
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102006044□□□