Tuesday, December 31, 2019

Menyikapi Tahun Baru 2020





MENYIKAPI TAHUN BARU 2020
Oleh: A. Faisal Marzuki


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti (Mahamengetahui) apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Hasyr 59:18]



M
enyambut Tahun Baru 2020, hari yang akan mulai ditempuh selama tahun 2020. Hitungan tahunnya berdasarkan peredaran bumi dalam garis edarnya mengelilingi matahari. Yaitu menuju titik akhirnya, terus bergerak secara thawaf - yang arah perputarannya kebalikan dari arah jarum jam - dimana titik akhir tersebetut menjadi titik awalnya yang disebut Tahun Baru 2020.

Perhitungan dalam membuat atau menyusun “almanac’ (almanak) atau “calendar” (kalender) disebut perhitungan tahun berdasarkan sistim matahari (solar system dalam bahasa Inggris atau tahun  syamsiyah dalam bahasa Arab). Kejadian tersebut merupakan peristiwa alam yang sangat teratur sekali yang dengan itu manusia bisa menghitungnya dan membuat table tahunan berupa almanak atau kalender sejak ribuan tahun lalu. Dengan itu berguna dalam membangun peradaban manusia dengan membuat perencanaannya berdasarkan almanak atau kalender tersebut. Baik dalam jadwal kegiatan bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan agama, serta agenda komuniti atau pribadi dst, dst.

Peristiwa alam ini sebagai seorang muslim dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya - Tuhan Rabb Al-Alamin - Allah Pencipta, Pengatur dan Pemelihara Alam Semesta ini, yaitu dengan bersyukur sekaligus menilai bahwa selama tahun itu apa saja yang kita kerjakan seperti membangun (perbuatan baik) atau merusak (perbuatan buruk)?

Diantaranya dalam pergantian tahun tersebut sebaiknya ‘bermuhasabah’ diri apa-apa saja yang kita lakukan di tahun sebelumnya dengan mengkoreksi sesuatu yang tidak baik menjadi lebih baik dan maju membangun peradaban di tahun yang akan datang yang diridhoi-Nya. Setelah itu berdo’a yaitu ‘Do’a Akhir Tahun’ dan ‘Do’a Awal Tahun’. Do’a akhir tahun dan doa awal tahun ini memang lebih tepat saat Tahun Baru Hijriyah (Almanak Islam). Namun, tak ada salahnya ‘Do’a Akhir Tahun’ dan ‘Do’a Awal Tahun’ ini dibaca saat Tahun Baru 2020.

Nah, jika kita termasuk orang yang ingin lebih berserah diri pada Tuhan, berikut do’a awal dan akhir tahun diucapkan sebagaimana Nabi Muhmammad saw mengajarkan umat Islam dan dianjurkan membaca do’a khusus sebagai penutup tahun.

Walau sebenarnya yang diajarkan Nabi Muhammad saw adalah do’a akhir tahun untuk tahun Islam atau hijriyah, namun kebanyakan ulama sekarang menganjurkannya juga untuk diamalkan di saat pergantian tahun baru syamsiyah ini.

Tujuannya untuk mengimbangi hingar bingar pesta tahun baru, tentunya kita tidak lebih baik jika kita mendekatkan diri ke Allah saja, berikut ini Do’a Akhir Tahun 2019 dan Awal Tahun 2020.


Doa akhir tahun 2019

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ  -  "Allāhumma mā ‘amiltu min ‘amalin fî hādzihis sanati mā nahaitanī ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fīhā ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alā ‘uqūbatī, wa da‘autanī ilat taubati min ba‘di jarā’atī ‘alā ma‘shiyatik. Fa innī astaghfiruka, faghfirlī wa mā ‘amiltu fīhā mimmā tardhā, wa wa‘attanī ‘alaihits tsawāba, fa’as’aluka an tataqabbala minnī wa lā taqtha‘ rajā’ī minka yā karīm."

Artinya:

Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu.

Sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku.

Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.


Doa awal tahun 2020

Usai memanjatkan do’a akhir tahun, ada juga baiknya untuk membacakan do'a di awal tahun.

Berikut do’anya:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ اَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ  - Bismillāhir-rahmānir-rahīm. Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ‘ālihi wa shahbihī wa sallam. Allāhumma antal-abadiyyul-qadīmul-awwalu, wa ‘alā fadhlikal-’azhimi wujūdikal-mu’awwali, wa hādza ‘āmun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fīhi minasy-syaithāni wa auliyā’ihi wa junūdihi wal’auna ‘alā hādzihin-nafsil-ammārati bis-sū’i wal-isytighāla bimā yuqarribuni ilaika zulfa yā dzal-jalāli wal-ikram yā arhamar-rāhimin, wa sallallāhu ‘alā sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alā ālihi wa shahbihī wa sallam.

Artinya:

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam (belas kasihan dan kesejahteraan) kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat Beliau.

Ya Allah, Engkau Dzat Yang Kekal, yang tanpa Permulaan, Yang Awal (Pertama) dan atas kemurahan MU yang agung dan kedermawanan MU yang selalu berlebih, ini adalah tahun baru telah tiba.

Kami mohon kepada MU pada tahun ini agar terhindar (terjaga) dari godaan syetan dan semua temannya serta bala tentara (pasukannya), dan (kami mohon) pertolongan dari godaan nafsu yang selalu memerintahkan (mendorong) berbuat kejahatan. Serta (kami mohon) agar kami disibukkan dengan segala yang mendekatkan diriku kepada MU dengan sedekat-dekatnya. Wahai Dzat Yang Maha Luhur lagi Mulia, wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih.


PENUTUP

S
ayyidina Ali bin Abi Thalib ra pernah mengungkapkan (wallāhu a'lam):  مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون  - Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia celaka. [*]

Motivasi dari menantu Rasulullāh saw tersebut sangat relevan dengan peringatan Tahun Baru ini. Jika ingin beruntung, jadilah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin. Inilah inti pesan ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu selalu mendorong umatnya untuk maju, sebagaimana ayat dalam firman-Nya menyebutkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti (Maha mengetahui) apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Hasyr 59:18]

Jadi, setiap muslim harus introspeksi terus apa yang telah diperbuatnya untuk masa depannya. Hari esok’ dalam ayat tersebut mengandung makna: hari esok yang dekat yaitu dunia, dan hari esok yang jauh yaitu akhirat.

Pengingatan dari ayat itu adalah agar kaum muslimin harus menyiapkan diri agar sukses masa depannya baik di dunia maupun di akhirat. Maka, jika ada orang muslim yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, ia termasuk orang yang merugi. Karena seharusnya bisa lebih baik, sebagaimana diwasiatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tadi. Jika sama saja, berarti tidak ada kemajuan, statis dan sama saja dengan tidak ada makna dalam hidupnya sebagai ‘Manusia Khalifah’ (Homo Deus).

Apalagi hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. Sayyidina Ali mengategorikannya sebagai orang yang celaka (mal'un). Mengapa?

Misalnya, jika ada orang muslim yang ibadahnya hari ini lebih buruk daripada kemarin, ia adalah orang yang celaka. Demikian pula jika pengetahuan dan ilmunya tidak bertambah malah berkurang. Atau, jika hari ini tidak lebih shaleh daripada hari kemarin. Atau, jika kebaikannya juga tidak lebih baik daripada hari kemarin.

Karena dengan demikian ia tidak mensyukuri nikmat (yang sebenarnya mempunyai kemampuan berbuat yang baik) yang telah Allah berikan sebagai ‘Manusia Khalifah-khalifah’ (Homo Deus), QS Al-An’ām 6:165. [**] Maka, pantaslah jika Sayyidina Ali menyifatinya sebagai celaka.

Menyambut tahun baru hendaknya setiap orang melakukan perenungan akan hal ini. Hura-hura tahun baru tidak ada maknanya, dan bahkan bisa dikatakan sebagai tindakan konyol jika ternyata hal itu tidak membuat kita menjadi semakin baik, apalagi malah cenderung destruktif (merusak). Anak-anak muda atau setiap manusia harus berpikir jernih bagaimana menyiapkan dan menjalankan masa depannya daripada hura-hura yang tidak ada manfaatnya.

Semoga tahun depan kita menjadi pribadi yang selalu beruntung, yaitu yang hari-harinya semakin bertambah baik dalam segala hal (dunia akhirat). Semoga tulisan ini bermanfaat hendaknya. Billāhit Tuafiq wal-Hidāyah. □ AFM


Catatan:
[*] Sikap kita selaku umat Islam: kita boleh mengambil makna positif suatu hadits meskipun derajatnya lemah (dha’if). Selama tidak bertentangan dengan dalil shahih yang lain. Jika kita memang harus menyampaikan sebuah hadits dha’if kepada orang lain, maka sebaiknya sampaikan pula status derajat hadits tersebut. [https://gilang07.wordpress.com/2018/ 12/14/hadits-barang-siapa-yang-lebih-baik-dari-hari-kemarin/]
[**] “Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi…” QS Al-An’ām 6:165. □□