MANFAAT GARAM BAGI
KESEHATAN
Oleh: A. Faisal Marzzuki
Nabi Muhammad sholallōhi 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik lauk (makanan) adalah (diberi) garam" (HR Al-Baihaqi).
Sabda
Rasulullah saw kepada sahabat Ali as, Rasulullah bersabda: “Ya Ali! Mulailah
makan dengan garam dan akhirilah dengan garam pula, karena dalam garam
terkadung obat dari tujuh puluh macam penyakit, diantaranya adalah gila, kusta,
lepra, sakit perut (segala macam penyakit yang berkaitan dengan perut) dan
sakit gigi.
G
|
aram (bahasa
Arab:
Uyah)
adalah mineral yang berguna bagi kesehatan tubuh, “Banyak amalan yang dilakukan
oleh para Salafus Shalih [1] ialah dengan mengambil garam sebelum memulai makan.”
Garam digunakan sebagai pembuka makan dengan mengambilnya dengan ujung jari dan
dimasukkan ke mulut. Garam ini adalah mineral sehat yang melezatkan makanan,
tanpa garam makanan rasanya hambar.
Apa sebenarnya kandungan yang ada pada garam?
Garam dapur
merupakan sumber makanan terbesar yang menyediakan mineral bernama natrium
untuk tubuh. Garam sering disebut juga dengan natrium klorida sebab garam
terdiri dari 40 persen natrium dan 60 persen klorida. Kandungan garam ini
adalah mineral yang bertindak sebagai elektrolit penting dalam tubuh.
Mineral-mineral
yang terkandung di dalam garam berguna untuk membantu menjaga keseimbangan
cairan, fungsi saraf, dan fungsi otot tubuh secara keseluruhan. Oleh sebab itu,
sangat penting untuk mendapatkan asupan garam dalam makanan sehari-hari. Meski
begitu, jangan sampai terlalu banyak mengkonsumsi garam. Sebab, terlalu banyak
mengkonsumsi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan penyakit jantung.
Apa benar saat garam dimasak berubah jadi racun?
Garam
merupakan kumpulan zat mineral dan memasaknya tidak akan mengurangi kadar
mineral dalam makanan dengan jumlah yang besar. Bilapun berkurang, jumlahnya
tidak terlalu banyak. Mineral dalam makanan yang biasanya tidak dipengaruhi
oleh proses memasak yakni kalsium, natrium, yodium, besi, zinc, mangan, dan
kromium.
Gulai
atau sayuran ditambah garam saat memasak tidak akan mengubah mineral ini
menjadi racun. Garam yang merupakan zat mineral itu tidak berubah menjadi racun
atau zat berbahaya selama garam tersebut memang dibuat dengan bahan yang aman,
tidak diberikan campuran tertentu oleh produsennya.
Kapan sebaiknya memasukkan garam dalam makanan?
Dr.
Paul Breslin, seorang profesor dari Departemen Ilmu Gizi Rutgers, the State
University of New Jersey, Amerika Serikat
mengatakan bahwa untuk memasak, sebaiknya bubuhkan garam sedikit pada awal
masak, kemudian masukkan lagi nanti pada akhir proses memasak.
Saat
dimasukkan di awal proses pemasakan, garam akan langsung berikatan dengan
protein yang ada dalam makanan. Selanjutnya, akan terbentuk ikatan molekul yang
besar.
Namun,
ikatan molekul besar itu hanya sekadar menambah kadar natrium yang meresap ke
dalam makanan saja, sedangkan rasa asinnya pun tidak begitu terasa. Maka, lidah
merasakan makanan tersebut kurang asin, akhirnya ditambahkan garam hingga
rasanya cukup asin. Dengan demikian, konsumsi garam menjadi berlebihan.
Oleh
sebab itu, pemberian garam sebaiknya dibagi dua kali. Kita tetap membutuhkan
garam pada proses awal masak dan juga di akhir. Kemudian, pada akhir proses
pemasakan, masukkan garam secukupnya. Dengan cara membagi ini, makanan akan
terasa lezat, serta dapat mencegah darah mengkonsumsi garam yang berlebihan.
Selain yang
disebutkan oleh Prof. Dr. Paul Breslin, Anda juga bisa mengolah makanan berdasarkan
jenis makanan apa yang akan Anda masak. Sebagai contoh: Sebelum memasak daging
sebaiknya dilumasi garam dan bumbu lainnya terlebih dahulu secukupnya pada
daging. Ketika daging dimasak, sel-selnya cenderung akan menutup dan mengerut
sehingga daging akan lebih sulit untuk menyerap rasa. Oleh karena itulah
sebelum dimasak diberi garam ke daging mentah bersama bumbu lainnya sehingga
semua rasa bisa diserap dengan baik pada masakan.
Disaat
menumis sayuran, jangan lupa tambahkan garam pada akhir proses memasak Anda
yang dengan itu akan mendapatkan tekstur sayuran yang masih renyah dan tidak
lembek. Garam cenderung menarik kelembapan dari sayuran. Maka dari itu, jika
Anda menambahkannya di awal, sayuran akan lebih cepat layu dan basah.
Manfaat mengkonsumsi garam
Kelebihannya atau manfaatnya
mengkonsumsi garam antara lain ialah: Mengobati lebih dari 70 penyakit, antara lain Darah tinggi, Diabetes, Tulang
keropos, Gondokan, Pusing sakit kepala dan lain-lain serta tidak akan mengalami
keadaan mati mendadak.
Garam yang mengandung iodium adalah
garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
kecerdasan. Penggunaan garam beryodium sangat penting bagi kesehatan terutama kesehatan
keluarga. Iodium bermanfaat untuk memicu pertumbuhan sel otak, menyehatkan
kelenjar tiroid, menyehatkan proses tumbuh kembang janin, mencerdaskan otak.
Kekurangan iodium mengakibatkan penyakit gondok, keterbelakangan mental, bayi
lahir cacat, anak kurang cerdas, keguguran pada ibu hamil dan lain-lain. [2]
Garam iodium berasal dari persenyawaan zat air
dan zat asam iodium (HI) atau persenyawaan iodium dengan senyawa bukan logam
atau organik yang berasal dari ion “i”. Berguna untuk menjaga pertumbuhan
kelenjar gondok atau tiroksin. [3] Empat senyawa anorganik yang digunakan
sebagai sumber iodida, tergantung pada produsen: iodat kalium, kalium iodida,
natrium iodat, dan natrium iodida. Setiap senyawa ini memasok tubuh dengan
yodium yang diperlukan untuk biosintesis tiroksin (T4) dan triiodothyronine
(T3) oleh hormon kelenjar tiroid. Hewan juga manfaat dari suplemen yodium, dan
turunan hidrogen iodida dari etilendiamin adalah suplemen utama untuk pakan ternak.
[4]
Etika makan dalam Islam
Salah satu yang membuat garam terasa istimewa
bagi pecinta kuliner adalah rasa garam yang khas. Ditambah lagi memulai makan dengan
garam dan mengakhiri makan dengan garam adalah anjuran dan etika makan dalam
Islam.
Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumiddin menerangkan bahwa salah
satu etika makan yang dianjurkan adalah mengawali dan mengakhiri makan dengan
garam. Sebenarnya etika makan yang dibahas Al-Ghazali dalam bukunya sangat banyak,
akan tetapi yang menjadi fokus bahasan adalah etika makan dengan mengawali dan
mengakhiri makan dengan garam.
Jika dikontekstualkan etika makan ini bisa diartikan bahwa bisa mengawali makan
dan mengakhiri makan dengan sesuatu yang mengandung garam, atau makanan yang
asin-asin. Jadi tidak secara kaku harus dengan garam yang masih utuh dalam
butiran-butiran.
Etika makan ini didasarkan pada sabda Rasulullah
saw kepada sahabat Ali as, Rasulullah bersabda: “Ya Ali! Mulailah
makan dengan garam dan akhirilah dengan garam pula, karena dalam garam
terkadung obat dari tujuh puluh macam penyakit, diantaranya adalah gila, kusta,
lepra, sakit perut (segala macam penyakit yang berkaitan dengan perut) dan
sakit gigi.
Penutup
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa etika makan
ini yaitu mengawali dan mengakhir makan dengan garam merupakan Sunnah Nabi yang
banyak dilupakan.
Padahal apa yang disunahkan Rasullullah saw itu adalah
suatu kebaikan yang bermanfaat. Dan dapat mencegah penyakit yang bermacam-macam
yang menimpa umat manusia.
Kalau tidak mengikuti pola makan yang dianjurkan
Rasulullah saw, maka akan menimbulkan penyakit yang bermacam-macam yang menimpa umat
manusia di akhir zaman. Hal mana, secara tidak langsung dibenarkan oleh para
ahli kesehatan dan ilmu gizi, seperti yang diterangkan diatas.Billāhit
Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD 25 Jumādī Awal 1441 H / 20 Januari 2020 M. □ AFM
Catatan Kaki
1. Generasi Salafus Shalih yakni Para
Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277). Yang dimaksud Salaf dari
sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun waktu/periode yang telah diberi
persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu Para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, «خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku,
kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya. (untuk
dijadikan contoh)” (HR Bukhari # 2652, Muslim # 2533)
2. “Diskes Kota Samarinda.” Penyuluhan Penggunaan
Garam Beryodium oleh Puskesmas Mangkupalas. Diakses tanggal 24 Mei 2014.
3.
Hassan Shadily Ensiklopedi Indonesia
Jilid ke-3. 1984. Jakarta: Ichtiar Baru- Van Hoeve dan Elsevier Publishing
Projects.
4.
Phyllis A. Lyday "Iodine and
Iodine Compounds" in Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry,
Wiley-VCH, Weinheim, 2005. □□
Referensi
https://harakatuna.com/rasulullah-mengawali-dan-mengakhiri-makan-dengan-garam.html
https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html
https://www.dream.co.id/your-story/sunah-rasul-saat-makan-yang-disepelekan-awali-dan-akhiri-dengan-garam-190726d.html
https://harakatuna.com/rasulullah-mengawali-dan-mengakhiri-makan-dengan-garam.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/benarkah-garam-tidak-boleh-dimasak/
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/05/06/152828420/benarkah-garam-tidak-boleh-dimasak-karena-akan-jadi-racun
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/05/07/481/1895235/benarkah-garam-yang-dimasak-berubah-jadi-racun
https://id.wikipedia.org/wiki/Garam_beryodium □□□