MENYIKAPI TAHUN BARU 2020
Oleh: A. Faisal Marzuki
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti (Mahamengetahui) apa yang
kamu kerjakan. [QS Al-Hasyr 59:18]
M
|
enyambut
Tahun Baru 2020, hari yang akan mulai ditempuh selama tahun 2020. Hitungan
tahunnya berdasarkan peredaran bumi dalam garis edarnya mengelilingi matahari. Yaitu
menuju titik akhirnya, terus bergerak secara thawaf - yang arah perputarannya kebalikan dari arah jarum jam - dimana
titik akhir tersebetut menjadi titik awalnya yang disebut Tahun Baru 2020.
Perhitungan
dalam membuat atau menyusun “almanac’
(almanak) atau “calendar” (kalender) disebut
perhitungan tahun berdasarkan sistim matahari (solar system dalam bahasa Inggris atau tahun syamsiyah
dalam bahasa Arab). Kejadian tersebut merupakan peristiwa alam yang sangat
teratur sekali yang dengan itu manusia bisa menghitungnya dan membuat table
tahunan berupa almanak atau kalender sejak ribuan tahun lalu. Dengan itu berguna
dalam membangun peradaban manusia dengan membuat perencanaannya berdasarkan
almanak atau kalender tersebut. Baik dalam jadwal kegiatan bisnis,
pemerintahan, pendidikan, dan agama, serta agenda komuniti atau pribadi dst,
dst.
Peristiwa
alam ini sebagai seorang muslim dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya
- Tuhan Rabb Al-Alamin - Allah Pencipta, Pengatur dan Pemelihara Alam Semesta ini,
yaitu dengan bersyukur sekaligus menilai bahwa selama tahun itu apa saja yang
kita kerjakan seperti membangun (perbuatan baik) atau merusak (perbuatan buruk)?
Diantaranya
dalam pergantian tahun tersebut sebaiknya ‘bermuhasabah’ diri apa-apa saja yang
kita lakukan di tahun sebelumnya dengan mengkoreksi sesuatu yang tidak baik
menjadi lebih baik dan maju membangun peradaban di tahun yang akan datang yang
diridhoi-Nya. Setelah itu berdo’a yaitu ‘Do’a Akhir Tahun’ dan ‘Do’a Awal Tahun’.
Do’a akhir tahun dan doa awal tahun ini memang lebih tepat saat Tahun Baru
Hijriyah (Almanak Islam). Namun, tak ada salahnya ‘Do’a Akhir Tahun’ dan ‘Do’a
Awal Tahun’ ini dibaca saat Tahun Baru 2020.
Nah,
jika kita termasuk orang yang ingin lebih berserah diri pada Tuhan, berikut do’a
awal dan akhir tahun diucapkan sebagaimana Nabi Muhmammad saw mengajarkan umat Islam dan dianjurkan membaca do’a khusus
sebagai penutup tahun.
Walau
sebenarnya yang diajarkan Nabi Muhammad saw
adalah do’a akhir tahun untuk tahun Islam atau hijriyah, namun kebanyakan ulama
sekarang menganjurkannya juga untuk diamalkan di saat pergantian tahun baru syamsiyah
ini.
Tujuannya
untuk mengimbangi hingar bingar pesta tahun baru, tentunya kita tidak lebih
baik jika kita mendekatkan diri ke Allah saja, berikut ini Do’a Akhir Tahun
2019 dan Awal Tahun 2020.
Doa akhir tahun 2019
اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ - "Allāhumma mā
‘amiltu min ‘amalin fî hādzihis sanati mā nahaitanī ‘anhu, wa lam atub minhu,
wa hamalta fīhā ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alā ‘uqūbatī, wa da‘autanī
ilat taubati min ba‘di jarā’atī ‘alā ma‘shiyatik. Fa innī astaghfiruka,
faghfirlī wa mā ‘amiltu fīhā mimmā tardhā, wa wa‘attanī ‘alaihits tsawāba,
fa’as’aluka an tataqabbala minnī wa lā taqtha‘ rajā’ī minka yā karīm."
Artinya:
Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang
termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau
maklumi karena kemurahan-Mu.
Sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau
perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu.
Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku.
Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai
di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan
harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.
Doa awal tahun 2020
Usai
memanjatkan do’a akhir tahun, ada juga baiknya untuk membacakan do'a di awal
tahun.
Berikut
do’anya:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ اَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ - Bismillāhir-rahmānir-rahīm.
Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ‘ālihi wa shahbihī wa
sallam. Allāhumma antal-abadiyyul-qadīmul-awwalu, wa ‘alā fadhlikal-’azhimi wujūdikal-mu’awwali,
wa hādza ‘āmun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fīhi minasy-syaithāni
wa auliyā’ihi wa junūdihi wal’auna ‘alā hādzihin-nafsil-ammārati bis-sū’i
wal-isytighāla bimā yuqarribuni ilaika zulfa yā dzal-jalāli wal-ikram yā
arhamar-rāhimin, wa sallallāhu ‘alā sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa
‘alā ālihi wa shahbihī wa sallam.
Artinya:
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam (belas kasihan dan
kesejahteraan) kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan
sahabat Beliau.
Ya Allah, Engkau Dzat Yang Kekal, yang tanpa Permulaan, Yang
Awal (Pertama) dan atas kemurahan MU yang agung dan kedermawanan MU yang selalu
berlebih, ini adalah tahun baru telah tiba.
Kami mohon kepada MU pada tahun ini agar terhindar (terjaga)
dari godaan syetan dan semua temannya serta bala tentara (pasukannya), dan
(kami mohon) pertolongan dari godaan nafsu yang selalu memerintahkan
(mendorong) berbuat kejahatan. Serta (kami mohon) agar kami disibukkan dengan
segala yang mendekatkan diriku kepada MU dengan sedekat-dekatnya. Wahai Dzat
Yang Maha Luhur lagi Mulia, wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih.
PENUTUP
S
|
ayyidina
Ali bin Abi Thalib ra pernah
mengungkapkan (wallāhu a'lam): مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون - Barangsiapa hari
ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung.
Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang
merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia celaka.
[*]
Motivasi
dari menantu Rasulullāh saw tersebut sangat
relevan dengan peringatan Tahun Baru ini. Jika ingin beruntung, jadilah orang
yang hari ini lebih baik daripada kemarin. Inilah inti pesan ajaran Islam yang
sesungguhnya, yaitu selalu mendorong umatnya untuk maju, sebagaimana ayat dalam
firman-Nya menyebutkan:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti (Maha mengetahui)
apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Hasyr 59:18]
Jadi,
setiap muslim harus introspeksi terus apa yang telah diperbuatnya untuk masa
depannya. ‘Hari esok’ dalam ayat tersebut
mengandung makna: hari esok yang dekat yaitu dunia, dan hari esok yang jauh
yaitu akhirat.
Pengingatan
dari ayat itu adalah agar kaum muslimin harus menyiapkan diri agar sukses masa
depannya baik di dunia maupun di akhirat. Maka, jika ada orang muslim yang hari
ini sama saja dengan hari kemarin, ia termasuk orang yang merugi. Karena seharusnya
bisa lebih baik, sebagaimana diwasiatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tadi. Jika sama saja, berarti tidak
ada kemajuan, statis dan sama saja dengan tidak ada makna dalam hidupnya
sebagai ‘Manusia Khalifah’ (Homo Deus).
Apalagi
hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. Sayyidina Ali mengategorikannya
sebagai orang yang celaka (mal'un).
Mengapa?
Misalnya,
jika ada orang muslim yang ibadahnya hari ini lebih buruk daripada kemarin, ia
adalah orang yang celaka. Demikian pula jika pengetahuan dan ilmunya tidak
bertambah malah berkurang. Atau, jika hari ini tidak lebih shaleh daripada hari
kemarin. Atau, jika kebaikannya juga tidak lebih baik daripada hari kemarin.
Karena
dengan demikian ia tidak mensyukuri nikmat (yang sebenarnya mempunyai kemampuan
berbuat yang baik) yang telah Allah berikan sebagai ‘Manusia Khalifah-khalifah’
(Homo Deus), QS Al-An’ām 6:165. [**]
Maka, pantaslah jika Sayyidina Ali menyifatinya sebagai celaka.
Menyambut
tahun baru hendaknya setiap orang melakukan perenungan akan hal ini. Hura-hura
tahun baru tidak ada maknanya, dan bahkan bisa dikatakan sebagai tindakan konyol jika ternyata hal itu tidak
membuat kita menjadi semakin baik, apalagi malah cenderung destruktif (merusak).
Anak-anak muda atau setiap manusia harus berpikir jernih bagaimana menyiapkan dan
menjalankan masa depannya daripada hura-hura yang tidak ada manfaatnya.
Semoga
tahun depan kita menjadi pribadi yang selalu beruntung, yaitu yang hari-harinya
semakin bertambah baik dalam segala hal (dunia akhirat). Semoga tulisan ini
bermanfaat hendaknya. Billāhit Tuafiq
wal-Hidāyah. □ AFM
Catatan:
[*] Sikap
kita selaku umat Islam: kita boleh mengambil makna positif suatu hadits
meskipun derajatnya lemah (dha’if).
Selama tidak bertentangan dengan dalil shahih yang lain. Jika kita memang
harus menyampaikan sebuah hadits dha’if kepada
orang lain, maka sebaiknya sampaikan pula status derajat hadits tersebut. [https://gilang07.wordpress.com/2018/
12/14/hadits-barang-siapa-yang-lebih-baik-dari-hari-kemarin/]
[**] “Dan Dialah yang
menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi…” QS Al-An’ām 6:165. □□