Kata Pengantar
●Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari
ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga (sejahtera hidup di dunia dan akhirat).
●Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya
sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.
●Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai
ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampaipun ikan yang berada dalam
air.
[Al-Hadits]
S
|
eandainya kita mengetahui keutamaan ilmu, maka
pasti akan semakin semangat untuk belajar Islam. Yaitu ayat-ayat
Kauniyyah-Nya, seperti ilmu yang
terdapat di alam semesta - Kosmologi, Astronomi, Fisika, Ilmu Bumi, Ilmu
Khewan, Ilmu Tumbuhan, Ilmu Manusia dengan segenap aspek dan
cabang-cabangnya, dst.
Firman Allah Azza wa Jalla menyebutkan:
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
ayat-ayat (tanda-tanda, isyarat-isyarat, clues) bagi orang yang
berakal (ulil albab, peneliti,
ilmuwan)”. [QS Āli ‘Imrān 3:190]
Dilanjutkan ke ayat berikut 191, surat ke-3,
surat Āli ‘Imrān:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi sambil berkata “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia.”
Dan ayat-ayat Qauliyyah-Nya (Al-Quran
dan Al-Hadist, dst.) sebagai buku petunjuk hidup manusia agar aman, damai, adil
dan sejahtera di dunia dan akhirat.
Dengan dua ayat 190 dan 191 yang terdapat
dalam surat Āli ‘Imrān, tahulah kita sekarang keutamaan mengenal Ilmu dan Tuhan
Penciptanya semakin membuat seseorang dekat dengan Allah, diridhai malaikat dan
penduduk langit, juga bumi tunduk, maka itu sudah menjadi keutamaan yang luar
biasa dari ilmu yang didapatnya, ilmu yang dimengertinya dan selanjutnya
mengamalkan “ilmu yang telah ada itu”.
Diriwayatkanlah oleh Aisyah ra(u) bahwa Rasulullah saw minta izin untuk beribadah pada
suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu lalu shalat. Saat shalat beliau
menangis karena merenungkan ayat yang dibacanya. Setelah shalat beliau duduk
memuji Allah dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah.
Setelah Bilal datang untuk azan subuh
dan melihat Nabi saw menangis ia
bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis, padahal Allah swt telah mengampuni dosa-dosa engkau
baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah tidak
boleh aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah swt?” Bagaimana aku tidak menangis, pada malam ini Allah swt telah menurunkan ayat kepadaku. Kemudian
beliau berkata, “alangkah ruginya dan
celakanya orang-orang yang membaca ayat ini (QS 3:190-191) tetapi tidak
merenungi kandungannya.”
Memikirkan terciptanya siang dan malam
serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi
kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah swt bagi orang-orang yang berakal sehat (common sense). Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak
ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah
inspirasi bagi orang berakal.
Pada ayat 191 surat Āli ‘Imrān Allah swt menjelaskan ciri khas orang yang
berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan
terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah swt
di alam ini. Ia selalu ingat Allah swt
dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap
waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam
ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.
Penciptaan langit dan bumi serta
pergantian siang dan malam benar-benar merupakan masalah yang sangat rumit dan
kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia, sejak awal
lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menantang manusia untuk meneliti alam raya
ini, di antaranya adalah QS al-A’raf 7:54, Sungguh,
Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan dalam enam masa. Baca: Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa.
Rasulullah saw bersabda:
“●Barangsiapa
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara
jalan menuju surga (kemakmuran hidup di dunia dan akhirat). ●Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya
sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu. ●Sesungguhnya orang
yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampaipun
ikan yang berada dalam air. ●Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu
dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari
bintang-bintang lainnya. ●Sesungguhnya ulama (orang yang berilmu)
adalah pewaris para Nabi. ●Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar
(uang emas) dan tidak pula dirham (uang perak).
● Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka
sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” [HR Abu Daud n’ 3641.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Dan sungguh sangat indah, hadits tersebut
diatas, dan apa yang dikatakan Ibnul Qayyim, “Seandainya keutamaan ilmu
hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘Ālamīn
(Rabb, Tuhan alam semesta), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan
penduduk langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan
ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senentiasa meliputi orang yang
berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya. [Miftah Dāris Sa’ādah,
1:104].
Nah dalam pembahasan tajuk “Menguak Makna Alam
Semesta Dimana Kita Hidup” sumber utamanya diambil dari tulisan Prof. Dr. T.
Djamaluddin, seorang ilmuan astronomi. Ilmunya, sebagai ayat Kauniyah di alam
semesta, yang dikaitkan dengan ayat Qauliah (ayat Al-Quran dan Al-Hadits) yang
bertalian dengan ilmu yang dibahasnya akan dipaparkan dalam bab-bab berikutnya.
Pembahasan dari tajuk ini terdiri dari
beberapa bab sebagai berikut: ●Kata Pengantar, seperti telah diuraikan diatas; Dan berikutnya: ●Pendahuluan; ●Bahasa Universal Alam Semesta; ●Evolusi Alam Semesta; ●Evolusi Alam Semesta Dalam Prespektif
Al-Quran; ●Ikhlas Bersama Ruang dan Waktu; ●Kesimpulan Ruang dan Waktu bagi Manusia; ●Penutup. Terlampir profil dan aktifitas dari
Prof. Dr. T. Djamaluddin dimuat pula dalam blog ini. Mari ikuti bab berikut dan
bab selanjutnya sampai Penutup.
Pendahuluan
S
|
ejarah ruang dan waktu tidak terlepas dari sejarah alam semesta. Ruang
dan waktu terbentuk bersamaan dengan pembentukan alam semesta. Tidak ada ruang
di luar alam semesta. Dan tidak ada waktu sebelum ada alam semesta. Namun,
dalam kajian fisika definisi waktu telah disederhanakan, tidak tepat lagi
dengan pemahamanan manusiawi. Kadang sulit difahami dengan nalar awam.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman manusiawi terbagi dalam dua
kelompok: Pertama: Hal-hal yang objektif yang dapat dikenali dengan pancaindera,
ada dan tersebar dalam ruang. Kedua: Hal-hal subjektif seperti: ide, pemikiran,
kesadaran diri, emosi, dan sejenisnya, ada tersebar dalam waktu. Tidak dapat
digambarkan dalam dunia “nyata”, tetapi dapat disadari adanya yang dapat diungkapan
melalui waktu seperti: waktu masa lalu, sekarang, dan akan datang. Dalam
fisika, waktu disederhanakan hanya apa yang tampak pada arloji (jam tangan, jam dinding, jam di cellphone) atau pengukur waktu lainnya misalnya, detak jantung,
jumlah ayunan bandul, rotasi bumi, atau getaran atom.
Artikel ringkas ini sekilas mengulas sejarah alam semesta yang juga
sejarah ruang dan waktu. Dimulai dengan bahasa universalnya guna memahami
bagaimana alam bercerita tentang sejarah dirinya. Kemudian sekilas mengenal
posisi kita, manusia, di alam semesta yang sebenarnya secara fisik, besar tubuh
jasadnya (bukan ruhnya), tidak ada artinya dibandingkan dengan keluasan alam
raya. Upaya memahami sejarah lahirnya alam semesta beserta evolusinya, diulas
dengan hasil-hasil sains terbaru, diungkapkan secara ringkas mulai dari alam
semesta secara keseluruhan sampai tata surya dan bumi. Juga diulas evolusi alam
semesta dalam persepsi Al-Quran.
Walau tidak dibahas secara mendalam, ulasan tentang evolusi alam
dimaksudkan juga untuk meluruskan antipati umat terhadap sains karena kontroversi yang bersumber dari analisis yang keliru.
Evolusi - termasuk evolusi makhluk hidup, adalah keniscayaan di alam yang
sering disalahartikan dan dirancukan banyak orang hingga banyak ditentang kaum
agamawan yang tidak faham. Analisis sosiologis digunakan untuk membantah teori
sains, suatu hal yang tidak tepat.
Terakhir, untuk memaknai penjelajahan intelektualitas berbasis sains
tersebut, diulas sekilas makna ikhlas dari pemahaman sejarah ruang dan waktu.
Bahasa Universal Alam Semesta
Yang dimaksud dengan “Bahasa Universal” dari alam semesta, yaitu bahasa
untuk memahami alam semesta, digunakan oleh para ahli atau ilmuan astronomi
(astronom). Dalam astronomi, bahasa universal adalah cahaya atau lebih umumnya
gelombang elektromagnetik (EM), termasuk sinar-X, sinar ultra violet, sinar
infra merah, dan gelombang radio. Semua benda langit bercerita tentang dirinya
dengan pancaran gelombang EM. Fisika dan matematika menjadi juru bahasanya.
Objek
yang sangat panas, seperti pada peristiwa tumbukan materi yang sangat kuat
akibat tarikan Lubang Hitam (Black Hole), bercerita tentang dirinya
dengan pancaran sinar-X. Dengan fisika dapat ditafsirkan bahwa objek itu sangat panas dan dapat dikaji apa yang mungkin menyebabkannya. Objek-objek yang sangat dingin, seperti "embrio" bintang (protostar), bercerita banyak kepada astronom (ilmuan atau ahli astronomi) dengan pancaran sinar infra merah dan gelombang radio. Galaksi-galaksi yang sedang berlari menjauh memberikan pesan lewat spektrum cahayanya yang bergeser ke arah merah (red shift).
dengan pancaran sinar-X. Dengan fisika dapat ditafsirkan bahwa objek itu sangat panas dan dapat dikaji apa yang mungkin menyebabkannya. Objek-objek yang sangat dingin, seperti "embrio" bintang (protostar), bercerita banyak kepada astronom (ilmuan atau ahli astronomi) dengan pancaran sinar infra merah dan gelombang radio. Galaksi-galaksi yang sedang berlari menjauh memberikan pesan lewat spektrum cahayanya yang bergeser ke arah merah (red shift).
Sayangnya,
sebagian besar materi di alam semesta tak memancarkan
gelombang EM tersebut.
Itulah yang dinamakan "dark matter"
(materi gelap).
‘Materi gelap’ itu mencakup objek raksasa yang runtuh ke dalam intinya
(misalnya Black Hole atau Lubang Hitam yang menyerap semua cahaya), objek seperti bintang namun bermassa kecil hingga tak mampu memantik reaksi nuklir di dalamnya (yaitu objek katai coklat), atau partikel‑partikel subelementer.
‘Materi gelap’ itu mencakup objek raksasa yang runtuh ke dalam intinya
(misalnya Black Hole atau Lubang Hitam yang menyerap semua cahaya), objek seperti bintang namun bermassa kecil hingga tak mampu memantik reaksi nuklir di dalamnya (yaitu objek katai coklat), atau partikel‑partikel subelementer.
Penemuan di penghujung abad 20 baru lalu bahkan lebih mengagetkan
(karena tidak terduga sebelumnya) para pakar kosmologi sendiri: Ternyata hanya
4% isi alam semesta yang kita kenali materinya (materi barionik, terbuat dari
proton dan netron). Selebihnya 23% ‘materi gelap’ (non-barionik) dan 73% berupa
‘energi gelap’ (dark energy, istilah baru dalam kosmologi modern).
‘Materi
gelap’ ini ibarat orang bisu. Kita tak dapat mendengar kisah
mereka tetapi kita yakin mereka ada dihadapan kita. Kita hanya bisa
menangkap isyarat‑isyarat yang diberikannya. Isyarat‑isyarat tak langsung
itulah yang ditangkap oleh para astrofisikawan untuk mendengar kisah
"materi gelap." Isyarat-isyarat itu bisa berupa pancaran sinar‑X dari
bintang yang berpasangan dengan Black Hole atau dari efek
gravitasi pada objek di dekatnya.
Sekedar
contoh, inilah cara Black Hole
bercerita bahwa dirinya ada. Pancaran sinar-X yang kuat bisa bercerita bahwa di
sana ada obyek yang sangat panas. Dengan telaah fisika kemudian diketahui bahwa
panas itu terjadi karena ada materi dari suatu bintang yang sedang disedot oleh
benda yang kecil tapi bermassa sangat besar yang menjadi pasangannya. Materi
yang jatuh pada bidang yang sempit di sekitar benda penyedot itulah menimbulkan
panas yang sangat tinggi yang akhirnya memancarkan sinar-X. Dari
isyarat-isyarat lainnya disimpulkan bahwa penyebab perpindahan materi itu
adalah sebuah Black Hole yang sedang
menyedot materi dari bintang pasangannya, seperti teramati pada posisi objek di
Cygnus X-1.
Kini
di awal abad 21, ‘materi gelap’ makin gelap lagi. Observasi astronomi masih
sulit mendeteksi keberadaannya, karena mulai bergeser ke pengertian yang lebih
sempit sebagai materi non-barionik. Hanya fisika partikel yang kini diharapkan
menjadi ‘juru bahasanya’ dari ungkapan-ungkapan abstrak matematis. Dari tiga
jenis partikel anggota ‘materi gelap’, baru netrino yang sedikit dikenali.
Selebihnya masih dianggap materi hipotetik: axion dan neutralino. Billahit
Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Bersambung ke: Menguak MaknaAlam Semesta Dimana Kita Hidup 2