Monday, October 3, 2016

Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram 1







Pendahuluan



B
ulan Muharram adalah bulan pertama dalam Kalender Hijriah. Dengan itu tanggal 1 Muharram adalah Tahun Baru Hijriah. Penetapan Tahun Hijriah sebagai Penanggalan menentukan Hari-Hari Ibadah umat Islam disusun sempurnakan semasa kekhalifahan Umar bin Khattab ra (Baca Sejarah Penetapan Penanggalan Hijriah).

Bulan Muharram memiliki keagungan yang sangat tinggi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Bulan ini disebut juga sebagai ‘Bulan Allah’ (Syahrullah). Bulan ini adalah bulan di mana Allah muliakan, dan Rasulullah serta para sahabatnya mengagungkannya. Sepatutnya juga kita mengagungkan bulan ini dengan meningkatkan ibadah dan amal shalih, baik secara kuantitas dan kualitas.

As Suyuthi mengatakan: Dinamakan syahrullah – sementara bulan yang lain tak mendapat gelar ini – karena nama bulan ini “Al Muharram” nama nama islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datang, Allah ganti nama bulan ini dengan Al Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3/252)

Di dalam syariat Islam telah dijelaskan kemuliaan dan keagungan bulan Muharram. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, (sebagimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS At-Taubah 9:36)

Empat bulan suci tersebut adalah bulan Dzulqo’dah (bulan ke-11) , Dzulhijjah (bulan ke-12), Muharram (bulan ke-1), dan Rajab (bulan ke-7). Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya:

“Satu tahun itu ada 12 bulan. Di antaranya ada 4 bulan haram, yaitu 3 bulan berturut-turut, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram serta Rajab yang berada di antara bulan Jumada dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no 2958).

Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Di namakan bulan haram Karena ada 2 alasan. Pertama,  karena diharamkan pembunuhan pada bulan tersebut sebagaiman hal ini juga diyakini orang jahiliyyah. Kedua, karena pelanggaran untuk melakukan berbagai perbuatan haram pada bulan tersebut lebih keras (dosanya lebih besar, hukumannya lebih besar) dari pada bulan-bulan lainnya. (lihat Zadul Maysir, Ibnu Jauziy).

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menjelaskan tentang firman Allah surah at-Taubah ayat 36 di atas, “Allah mengkhususkan 4 bulan yang haram dan menegaskan keharamnnya. Allah juga menjadikan dosa pada bulan tersebut lebih besar. Demikian pula pahala amal saleh pada bulan tersebut juga menjadi lebih besar. 

Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan Rajab.

Ketika haji wada’ Rasullullah saw bersabda dari Abi Bakrah ra bahwa Nabi saw bersabda:

“Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Dalam hadist di atas Nabi saw hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan), juga dinamakan bulan: Rahmat, Maghfirah-ampunan dan Pembebasan dari Api Neraka.

Ibnu Rajab al-Hambali (736-795H) mengatakan, Muharram disebut dengan Syahrullah (bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharram. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah swt dalam mensucikankan dan memuliakan bulan Muharram.


Karakteristik bulan Muharram



Bulan Muharram mempunyai ciri-ciri karakteristik  masing-masing yang sifatnya satu sama lainnya berjalin-berkelindan. Sifat-sifat mana perlu kita ketahui, untuk mendalami makna yang terkandung di dalam Bulan Muharram ini. Karateristik masing-masing  yaitu: Karakteristik Pertama: Menguatkan Kembali Semangat Hijrah; Karakteristik Kedua: Disunnahkan Berpuasa; Karakteristik Ketiga: Perbanyak Amalan Shalih dan Jauhi Maksiat. dan Karakteristik Keempat: Muhasabah dan Introspeksi Diri. Berikut ini paparan dari masing-masing Karakteristik Bulan Muharram ini.


Karakteristik PertamaMenguatkan Kembali Semangat Hijrah. Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Besok harus lebih baik dari hari ini. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kita ini hanya terikat oleh tiga masa. Masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Tahun Hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).

Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar bin Khattab ra. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu. Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi nilainya bagi agama dan umat Islam.


Selain Umar ra, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib ra. Beliaulah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

Dalam sejarah hijrah nabi dari Makkah ke Madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang  angat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya, kuat dan disegani.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik.

Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Hadis Rasulullah saw yang sangat populer menyatakan:

‘‘Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung”. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.”


Bersambung ke:  Keutamaan dan Kemuliaan bulanMuharram 2