Pendahuluan
B
|
ulan Muharram adalah bulan pertama dalam Kalender Hijriah. Dengan itu
tanggal 1 Muharram adalah Tahun Baru Hijriah. Penetapan Tahun Hijriah sebagai
Penanggalan menentukan Hari-Hari Ibadah umat Islam disusun sempurnakan semasa
kekhalifahan Umar bin Khattab ra
(Baca Sejarah Penetapan Penanggalan Hijriah).
Bulan Muharram memiliki keagungan yang sangat
tinggi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Bulan ini disebut juga sebagai ‘Bulan
Allah’ (Syahrullah). Bulan ini adalah
bulan di mana Allah muliakan, dan Rasulullah serta para sahabatnya
mengagungkannya. Sepatutnya juga kita mengagungkan bulan ini dengan
meningkatkan ibadah dan amal shalih, baik secara kuantitas dan kualitas.
As Suyuthi mengatakan:
Dinamakan syahrullah – sementara bulan yang lain tak mendapat gelar ini –
karena nama bulan ini “Al Muharram” nama nama islami. Berbeda dengan
bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah.
Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar
Awwal. Kemudian ketika Islam datang, Allah ganti nama bulan ini dengan Al
Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh
Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3/252)
Di dalam syariat Islam telah dijelaskan
kemuliaan dan keagungan bulan Muharram. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, (sebagimana) dalam ketetapan
Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi
dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS At-Taubah 9:36)
Empat bulan suci tersebut adalah bulan
Dzulqo’dah (bulan ke-11) , Dzulhijjah (bulan ke-12), Muharram (bulan ke-1), dan
Rajab (bulan ke-7). Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya:
“Satu tahun
itu ada 12 bulan. Di antaranya ada 4 bulan haram, yaitu 3 bulan berturut-turut,
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram serta Rajab yang berada di antara bulan Jumada
dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no 2958).
Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Di namakan bulan haram Karena ada 2
alasan. Pertama, karena
diharamkan pembunuhan pada bulan tersebut sebagaiman hal ini juga diyakini
orang jahiliyyah. Kedua, karena
pelanggaran untuk melakukan berbagai perbuatan haram pada bulan tersebut lebih
keras (dosanya lebih besar, hukumannya lebih besar) dari pada bulan-bulan
lainnya. (lihat Zadul Maysir, Ibnu Jauziy).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menjelaskan tentang firman Allah surah at-Taubah
ayat 36 di atas, “Allah mengkhususkan 4 bulan yang haram dan menegaskan
keharamnnya. Allah juga menjadikan dosa pada bulan tersebut lebih besar. Demikian
pula pahala amal saleh pada bulan tersebut juga menjadi lebih besar.
Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan
yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan
Rajab.
Ketika haji wada’ Rasullullah saw bersabda dari Abi Bakrah ra bahwa Nabi saw bersabda:
“Setahun ada
dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut;
Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu
Daud dan Ahmad).
Dalam hadist
di atas Nabi saw hanya menyebut nama
empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas
tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan
kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian,
ada Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan),
juga dinamakan bulan: Rahmat, Maghfirah-ampunan
dan Pembebasan dari Api Neraka.
Ibnu Rajab
al-Hambali (736-795H) mengatakan, Muharram disebut dengan Syahrullah (bulan Allah) karena
memiliki dua hikmah. Pertama, untuk
menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharram. Kedua,
untuk menunjukkan otoritas Allah swt
dalam mensucikankan dan memuliakan bulan Muharram.
Karakteristik bulan Muharram
Bulan
Muharram mempunyai ciri-ciri karakteristik
masing-masing yang sifatnya satu sama lainnya berjalin-berkelindan. Sifat-sifat mana perlu
kita ketahui, untuk mendalami makna yang terkandung di dalam Bulan Muharram ini. Karateristik masing-masing yaitu: Karakteristik Pertama: Menguatkan
Kembali Semangat Hijrah; Karakteristik Kedua: Disunnahkan Berpuasa;
Karakteristik Ketiga: Perbanyak
Amalan Shalih dan Jauhi Maksiat.
dan Karakteristik Keempat: Muhasabah dan Introspeksi Diri. Berikut ini paparan
dari masing-masing Karakteristik Bulan Muharram ini.
Karakteristik Pertama: Menguatkan Kembali Semangat Hijrah. Setiap
memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk
merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Besok harus lebih baik
dari hari ini. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kita ini hanya
terikat oleh tiga masa. Masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Tahun Hijriyah
mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun
Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang
atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi
yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan
kebijaksanaan Khalifah Umar bin Khattab ra.
Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan
itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya melakukan itu. Umar tidak
mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide
sistem penanggalaan Islam itu. Ia malah
menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena
penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi
nilainya bagi agama dan umat Islam.
Selain Umar ra, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali
bin Abi Thalib ra. Beliaulah yang
mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari
peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
Dalam
sejarah hijrah nabi dari Makkah ke Madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor
dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang angat kokoh. Kaum
Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya,
kuat dan disegani.
Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah
perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari
demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan
keadaan yang lebih baik.
Islam mengajarkan,
hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari
sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik
dari hari ke hari. Hadis Rasulullah saw
yang sangat populer menyatakan:
‘‘Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang
yang beruntung”. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan
jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.” □